#JustWrite

Komi, Boydine, Jerry, selamat bermain di surga bersama-sama.

Agustus 18, 2017

Kokomi meninggal seminggu lalu. Pagi tadi, Boydine pun berpulang. 
Agustus, dan tiga ekor kucing gue meninggal. 
Gue nggak tahu bagaimana mendeskripsikan rasanya. 
Apalagi, gue kadang lebih empati sama binatang daripada sama manusia. Gue cenderung memikirkan perasaan kucing gue yang habis keguguran daripada ada berita di TV soal artis keguguran. Itu bukan mau gue, tapi secara alami aja, gue mikirnya begitu.
Gue tahu Jerry meninggal karena sakit. Komi juga. Kalau Komi sakit batuk pilek dan ingusan, Komi dicurigai FIP karena perutnya membuncit sedang muka dan kakinya gak ikut gendut. Ditambah kata Mama gue, dia ngeluarin cairan kuning dari perutnya sehari sebelum meninggal. Komi meninggal lagi tidur, sehari sebelumnya dia memang terlihat hampir sekarat. Tapi sore dan besoknya sehat dan mau makan. Mungkin dia mau membahagiakan keluarga gue dengan meninggal dalam keadaan yang gak mengenaskan.
Gue kaget waktu tahu Boydine meninggal. Dia memang ikut batuk waktu Jerry batuk, tapi terus sembuh. Badannya memang ga setambun dulu, tapi dia mau makan dan minum madu. Ibu gue cerita, beberapa hari lalu dia diare tapi udah sembuh. Jadi, nggak nyangka aja dia tahu-tahu ditemukan sudah terbujur kaku.
Gue nggak tahu harus ngomong apa, mau nggak mau gue memang harus mengikhlaskan mereka. Satu hal yang membuat gue sedih adalah mereka semua meninggal waktu gue udah balik ke Solo. Gue merasa sedih gak bisa ikut mengurusi mereka waktu sakit.
Emang benar, Tuhan mungkin lebih baik mengambil mereka daripada melihat mereka menderita. Gue memang harus ikhlasin mereka. Mungkin tugas mereka sebagai hewan peliharaan gue sudah selesai. Dan tugas gue sebagai pemelihara mereka pun sudah usai. 
Selamat jalan, Kokomi, Boydine tambunan, dan Jerry Moi.
Berbahagialah bermain bersama-sama.
Kalau hari akhir benar-benar ada, semoga kita bisa bertemu lagi.



#AnakKost

Baru Datang Sudah Ingin Pulang

Agustus 05, 2017

Benar sekali, baru Sabtu pagi kemarin saya diantar Papa ke Merak dan naik bus ke Solo siangnya. Baruuuu... banget. Sayangnya, entah kenapa saya jadi ingin segera pulang lagi. Entah karena Mama saya bilang kalau bisa lebaran haji pulang (dan saya emang udah rencana dari zaman puasa untuk pulang pas Idul Adha) atau saya merasa libur masih kurang, mengingat di rumah cuma sebulan (dan mengingat biasanya hampir 2 bulan kalau libur semester).
Pinterest.com
Biasanya, saya akan bayar kuliah dari rumah pakai autodebet. Biasanya, saya akan krsan online dan nitip teman untuk tanda tangan krs. Tapi ini... bahkan saat pembayaran belum dimulai saya udah di sini. Yah, salah saya juga sih cepat-cepat, tapi kan ini pilihan. 

Tapi entah kenapa, saya merasa nggak sabar untuk segera akhir bulan. Rasanya kalau di rumah, waktu berjalan cepat sekali. Kalau di sini... semua bergantung apakah hari itu saya sibuk apa nggak.  
Mungkin saya memang harus pulang untuk berlebaran, karena dari tahun 2012, saya cuma pulang untuk lebaran idul fitri aja. Mungkin saya pulang sebentar saja, kalau lebaran hari Jumat, mungkin saya pulang Selasa atau Rabunya dan kembali ke Solo Seninnya. 
 Saya nggak tahu, mungkin saya akan pulang saat akan lebaran haji, dan kembali lagi ke Solo dan baru pulang saat saya sudah selesai sidang tesis. Mungkin saya harus kembali seperti skripsi dulu, berkomitmen untuk 'Pantang Pulang Sebelum Sidang' mulai September ini. Kalau nggak gitu, saya nanti nggak semangat. Bisa jadi saya malah akan pulang terus yang bisa-bisa menghambat kelulusan. Saya mau kuliah cepat selesai karena saya tahu, kuliah itu mahal. Dan selama Agustus ini, saya harus mengusahakan proposal saya selesai segera agar bisa ujian proposal.
Ya, saya memang ingin pulang dan dekat dengan keluarga dan kucing-kucing saya. Tapi saya tahu, saya punya tanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang saya mulai untuk mereka.  Semoga tugas akhir saya bisa lancar. Amin

#JustWrite

Dear Jerry Kitten, I alwys remember you

Agustus 02, 2017

Namanya Jerry, kucing kecil warna cokelat tua kehitaman (nggak jelas warnanya apa) yang dikasih sama teman ibu gue. Jerry ini kucing hasil hubungan kucing anggora sama kucing kampung biasa, hasilnya, Jerry lebih kelihatan kayak kucing kampung. Cuma, dia lebih cepat besar, badannya panjang, buntutnya panjang dan bengkok, manja banget dan suka mijit kalau minta makan.


Jerry udah diasuh Ibu gue mungkin sekitar bulan April waktu usianya dua bulanan. Kucingnya lincah, lucu, manja, tapi kayak nggak pernah ngeong. Sayangnya, dia agak malas makan. Mau makanan kucing kering, basah, atau ikan goreng, pasti cuma sedikit. Makannya cuma kalau dia ngerasa perlu aja.
Gue pertama ketemu Jerry waktu pulang puasa kemarin. Masih sehat dan lincah. Tapi waktu keluarg gue pergi ke Jambi, pulangnya dia mulai bersin-bersin dan flu. Untungnya biar sedikit, dia tetap mau makan. Karena dia mulai ingusan, jadilah selain dikasih obat flu kucing, Jerry juga dijemur dan diuap pakai air panas biar saluran napasnya lancar. Jerry lama-lama mulai sehat, cuma napsu makannya menurun dan jadi nggak mau makan. Kayaknya, dia sariawan.
Waktu gue ke Solo kemarin, Jerry masih nggak mau makan, cuma minum, minum vitamin dan madu. Batuknya udah mulai sembuh, cuma kayaknya sariawannya makin menjadi sampai nggak mau buka mulut.
Ibu gue udah nyoba untuk terus ngasih madu karena dia nggak mau makan. Dikasih makanan pakai suntikan yang gaada jarumnya pun dilepeh sampai nyakar ibu gue. Badannya udah tinggal tulang dan dia meninggal subuh tadi waktu adik gue mau sahur.

Gue kira, Jerry akan sembuh. Gue akan liat dia makin besar waktu pulang besok. Liat dia main, loncat-loncat mau nangkap burung dalam sangkar, kejar-kejaran sama Komi. Gue kira pas gue mau ke Solo kemarin, dia bakal sehat dan gak drop karena ingusnya udah bersih. Tapi ternyata, dia ninggalin gue, adik gue, keluarga gue, dan kucing lain. Gue sempat mimpi ketemu banyak kucing sebelum bangun dan dapat wa kalau Jerry mati.
Gue masih ingat, waktu pagi gue mau ke Solo, dia ngikutin gue, mengeong, padahal dia jarang begitu. Dia bahkan ikut masuk ke kamar mandi dan berdiri-diri di bak air panas. Jerry terus ngikutin gue sampai gue bersihin ingusnya, matanya, dan badannya pakai tisu. Dia tetap nggak mau makan meski gue tahu dia mengeong karena lapar.

Sayang, di dekat rumah gue nggak ada dokter hewan.  Gue merasa sedih karena nggak bisa merawat dia sampai sembuh, karena mungkin harusnya dia diinfus biar tetap ada tenaga. Gue merasa sedih karena gue dekat dengan dia selama libur. Gue sadar,mungkin memang menurut Tuhan, dia lebih baik meninggal daripada tersiksa sama sakitnya. Ngeliat kucing yang masih kecil mati mungkin memang lebih sedih daripada kelinci gue yang memang sudah sangat tua kemarin, rasanya karena kelinci gue memang sudah tua,juga meninggal dengan tenang, gue merasa lebih lega melepasnya.

Adek gue bilang, waktu mau ngubur Jerry, ada seekor kucing kecil kampung warna hitam putih yang deketin dia dan minta makan. Sekarang kucing itu di rumah dan ngikutin adek gue terus. Mungkin dia tahu, adek gue sedih. 
Dear Jerry Moi, I stiil love you, always remember you. Tenang di surga. 

Popular Posts

My Instagram