Tulisan ini entah di post kapan,entah hari ini juga atau pada suatu hari. Saya masih duduk di gerbong 8 saat mengetikkan posting ini. Bersama hati,jiwa dan pikiran yang carut-marut belum tertata.
Pulang kali ini saya lebih ikhlas. Tetap malas packing (selain cuma packing 1 ransel) namun tidak semenyesakkan biasanya. Mungkin karena bisa pulang saja saya sudah bersyukur mengingat rencana awal saya tidak pulang.
Hati saya masih menolak banyak hal. Tapi saya tahu, sekuat saya menolak semakin sakit yang didapat. Mungkin saya bisa kabur dari semuanya tapi tentu bukan jawaban atas masalah. Tapi membuat masalah baru.
Papa saya mengingatkan saya untuk semangat, sesuatu yang saya pikir sudah hilang. Tapi saya ingat, seperti yang saya ungkapkan dulu di posting entah kapan tentang anak pertama. Saya punya tanggung jawab lebih. Dan saya harus lulus cepat dan mendapat pekerjaan yang menyenangkan di segala lini.
Saya tidak boleh menyerah, saya terlanjur ada dan tak mau mati sia-sia.
Seandainya memang kata yang kejam, ya kejam jika dipakai untuk mengobrak-abrik dan memikirkan masa lalu. Tapi seandainya bisa jadi kata yang baik hati, setiap penemuan yang ada di dunia ini berkemungkinan dimulai dari seandainya.
Malam ini saya di kereta, tanpa memikirkan seandainya saya bisa pulang kemarin, Tuhan sudah memberi jalan agar saya bisa kembali. Tapi bukan itu yang akan saya ungkapkan disini.
Suatu alat yang saya inginkan sejak dulu adalah brain notes. Saya membayangkan bahwa brain notes adalah alat yang mencatat apa yang saya pikirkan dan imajinasikan ke dalam bentuk tulisan. Sebab kecepatan berpikir,kecepatan ide bergerak dan meledak jarang sejalan dengan kecepatan tangan menuliskannya. Kadang saya sering kesal sendiri, ketika ide itu bergerak cepat namun ketika akan ditulis saya lupa ingatan.
Dan menuliskannya ketika sedang terjadi ledakan ide justru malah memadamkannya.
Maka seandainya brain notes itu ada,saya akan menabung untuk membelinya
Malam.
Manusia.
Manusia adalah makhluk yang patut,layak,dan menyenangkan untuk diperbincangkan. Menggosipkan manusia lebih menyenangkan (bagi mereka yg senang bergosip tentu saja) daripada menggosipkan siapa yang menghamili kucingmu, berapa telur ayam kita, atau mengapa mangga di depan rumah malas berbuah.
Bad news is a good news.
Kabar buruk sering diterima secara positif. Maksudnya, manusia lebih suka mendengar kabar jelek daripada kabar baik. Bahkan,ketika mendengar kabar baik saja,manusia suka menduga-duga dan mencipta kabar buruk dari sana.
Saya batu. Saya tahu. Saya kadang terlalu cuek dan tidak peka. Maka jika hari ini kekacauan menghunjam diri saya, ini keterlaluan. Tapi saya tahu, saya cukup mengabaikan. Inilah saatnya saya membatu lagi. Mengeraskan hati dan diri. Menutup telinga tanpa pelantang dengar. Inilah dunia yang harus saya tapaki,mungkin keluar dari zona aman itu seperti ini.
Omongan saya mulai meracau. Ada yang ingin saya tendang,tapi yang ada hanya udara.
Saya kira itu saja. Saya takut bicara saya makin menggila. Bahkan ketika saya sudah berhenti 'denial'.;
Rumah, pulang dan sebuah perjalanan adalah 3 kata yang selalu menyenangkan untuk didengar. Terlebih jika sepaket.
pulang selalu menuju ke rumah.
Ada perjalanan untuk pulang dan sampai ke rumah.
Perjalanan selalu menyenangkan,selalu ada hal baru,orang baru, dan pemandangan yang memberi warna di perjalanan.Kadang menjadi oleh-oleh cerita di rumah
Cerita perjalanan pulang.
Aku ingin pulang. Rindu rumah. Dan selalu menyukai perjalanan. Semoga perjalananku selalu menyenangkan