Maaf, Kalau Sewaktu-waktu Saya Menjadi Yang Diundang dan Yang Tak Datang
Oktober 05, 2017
i thought that i should go to another planet until my hair turn to grey. Just wanna save my life from every kind of ‘human party’.
Semakin besar, saya jadi tahu kalau saya
punya sedikit-banyak social anxiety.
Mungkin karena saya memang introvert, tes-tes psikologi populer mengatakan
demikian, MBTI saya INFJ—meski saya pernah mendapatkan INTJ.
Social
anxiety itu yang menyebabkan saya enggak suka
mengangkat telepon dan sebisa mungkin menghindari perbincangan di telepon. Saya
enggak pernah tahu apa yang harus saya katakan ketika ditelepon selain menjawab
singkat-singkat, saya selalu merasa bingung harus berkata apa, tetapi saya
selalu mencoba mengangkat telepon dari ojek online—saya
pikir itu bentuk saya menerapi diri sendiri.
Setelah berpikir, saya jadi menemukan
bahwa saya bukan tidak suka keramaian. Yang saya tidak suka adalah berada di
sebuah keramaian di mana saya mau tidak mau harus in touch atau berhubungan dengan orang-orang di sana, penuh basa-basi. Saya suka ke
pasar, mall, berpergian sendiri—atau bersama orang
dekat— ke tempat-tempat yang sebenarnya ramai,
tetapi entah kenapa saya baik-baik saja. Ketika saya ke pasar, saya cukup bertanya harga, tawar-menawar, dan selesai. Tidak ada basa-basi atau semacamnya. Sehingga saya tidak suka pesta, saya tidak
suka perayaan seremonial dan semacamnya.
Saya memang pernah merayakan ulang tahun
saat umur empat atau lima tahun dahulu, tetapi entah mengapa saat itu saya
merasa baik-baik saja. Mungkin karena semua yang datang teman saya yang saya kenal
baik.
Saya ingat, ketika umur saya enam atau
lima, saya menghadiri pesta pernikahan Om saya di Jogja dengan ayah saya. Saya melihat
begitu banyak manusia, dan saya takut. Saya menangis kala itu. Orang-orang
berkata saya ngambek, mengejek saya,
padahal saya merasa tidak nyaman dengan kerumunan manusia. Saya juga ingat, di
umur segitu, saya lari dari pesta ulang tahun teman saya, karena saya merasa tidak
nyaman dengan wajah-wajah asing. Dan ... saya memilih tidur ketika di rumah saya
dilangsungkan acaraa sunatan adik saya.
Anxiety
itu belum hilang. Saya berpikir dia malah makin menjadi. Ketika saya tidak suka dengan acara
bertajuk ‘buka bersama’ ‘arisan keluarga’ dan semua acara di mana manusia
berkumpul dengan alasan silaturahmi. Saya tahu saya salah, tetapi dan tetapi.
Waktu bergerak dan saya akan mulai
menjumpai hal yang saya takutkan. Mungkin, ini pula salah satu sebab saya tidak
menyukai dunia orang dewasa.
Pesta
dan segala seremonial kehidupan manusia.
Cepat atau lambat, teman-teman saya akan
menikah, beranak pinak, dan berpesta pora. Saya bahagia akan itu, tetapi saya belum
bisa bahagia dan menyamankan diri saya dengan keramaian pesta itu. Saya masih
ingin bersembunyi di bawah kaki meja, saya masih ingin lari toilet atau pergi
jauh dari hingar-bingar pesta.
Dengan jahatnya kadang saya berpikir untuk
segera pindah dari kota tempat saya belajar ini. Pun tidak tinggal di kota asal
saya.
Saya tahu, anxiety ini bukan alasan pembenaran jika suatu waktu saya
memutuskan mendekam di kamar daripada mengudap makanan di pesta dan tertawa-tawa.
Saya mungkin akan datang jika saya merasa baik-baik saja, tetapi bisa jadi yang
datang hanyalah sekotak kado atau semacamnya.
Maaf, kalau sewaktu-waktu saya menjadi
yang diundang dan yang tak datang. Atau... saya pun tak masalah jika kalian mencoret nama saya dari daftar undangan.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!