Beberapa hari belakangan gue merasakan tubuh gue mulai aneh. Setelah sedikit senang akan sidang tesis, lalu besoknya hari gue gloomy banget,yang gue duga sebagai efek siklus-perempuan-dan-segala-dramanya. Sampai Kamis kemarin gue merasakan tubuh dan pikiran gue semakin tidak jelas. Gue seperti ingin melompat-lompat, menonjok-nonjok bantal, kepala gue serasa penuh dengan segala pikiran (tesis, tulisan, rencana pascalulus, dsb) tetapi gue nggak bisa megurai satu persatu seperti biasanya. Gue ga bisa fokus ngerjain ppt presentasi, gue ga konsentrasi dan kebingungan melihat naskah yang harus gue self-edit, gue menimbang-nimbang kapan gue harus tes toefl ketimbang belajar, dan gue minum kopi hitam tapi ketiduran. Kemarin gue minum tiga gelas kopi dan gue mengantuk tetapi secara bersamaan gue pengin jumpalitan dan kesal dengan kepala gue yang penuh ini.
Mungkin gue sebenarnya sedang cemas, bingung panik, takut, gugup, dan apalah menjelang sidang. Gue selalu bermasalah dengan mendefinisikan segala keruwetan yang ada di kepala. Gue mungkin sedang bingung bagaimana sidang gue nanti, apa yang harus gue lakukan pascasidang karena gue bingung dengan panduan SKL, wisuda dsb. Mungkin gue masih berharap bisa wisuda Agustus biar gue nggak lama-lama tinggal di sini, bisa langsung mengemas semuanya sepulang wisuda.Sedang di satu sisi, gue harus punya plan B kalau gue nggak dapat kloter Agustus.
Mungkin gue juga bingung bagaimana mengedit naskah gue yang sudah lama nggak gue buka. Gue lama tidak menulis, semuanya jadi kaku dan otak gue membeku.
Mungkin gue bingung kapan gue harus tes toefl, karena gue takut jika gue asal ikut tes tanpa persiapan, gue cuma jadi buang uang. Gue harus menyisihkan waktu untuk kembali belajar dan mengambil tes sebelum gue pulang.
Mungkin gue ingin menulis cerita baru, tetapi gue bingung cerita mana yang harus gue pilih ketika semua terasa sama dan tidak ada daya tarik untuk gue selesaikan. Gue ingin produktif kembali tetapi gue bingung bagaimana memulai kembali.
Mungkin gue cemas dengan apa yang akan gue lakukan pascalulus. Gue takut gue mengecewakan orangtua gue.
Gue tahu, pada akhirnya semua itu cuma butuh dihadapi dan berusaha semaksimal mungkin, berdoa sebanyak mungkin. Gue tahu kalau berpikir soal masa depan itu penting, tetapi kalau itu membuat gue cemas, kenapa harus? Gue tahu, gue dan segala kecemasan gue adalah salah satu batu yang selama ini diam-diam menghancurkan gue sendiri. Gue tidak pernah ingin cemas, tetapi kecemasan yang suka ngintilin gue. Ahsudahlah, gue hanya berharap semua lancar, gue bisa segera pindah dari sini secepatnya. Gue harus mengerjakan apa-apa yang harus dikerjakan, agar energi berjumpalitan gue bisa disalurkan.