Dear Tuhan

Desember 03, 2019

Dear Tuhan,

Aku belajar, Tuhan itu baik. Meski kadang aku kesal karena tak mendapatkan yang kuinginkan, diberi yang tak kuharap, aku masih merasa kalau Kau baik. Tuhan terlalu baik untuk disalahkan atas segala kelakuanku. Kadang aku berharap tak pernah ada, Tuhan. Tapi, tombol undo soal hidup itu dimana, ya? Maaf aku mengada-ada, meskipun Tuhan bisa melakukan segalanya.

Begini Tuhan, aku belajar, Tuhan selalu punya alasan.
Selalu ada alasan dibalik pahala, juga dibalik dosa. Kalau aku membantu temanku meraut pensilnya, aku akan mendapatkan pahala. Aku tahu itu, karena temanku merasakan manfaatnya. Sayangnya Tuhan, di masa aku hidup, aku tidak tahu mengapa banyak manusia yang terlalu mencampuri pahala dan dosa lainnya. Maksudku, tiap dari kita sudah punya malaikat yang rajin mencatat, bukan? Lalu mengapa masih ada yang berteriak, "Hei! Kamu memosting fotomu. Itu dosa jariyah!"
Aku tidak belajar agama dengan dalam, mungkin karena itu aku tidak pernah mendengar dosa jariyah. Yang aku tahu, kalau aku mengamalkan ilmu dan berguna, bisa menjadi amal jariyah.  Sebentar, Tuhan, hambaMu yang bodoh ini sedang berpikir. Kenapa perempuan yang memosting fotonya jadi dosa jariyah, sih? Maksudku kenapa ya, mereka menyalahkan perempuan saja? Kenapa tidak menyalahkan mata yang melihat dan otak orang yang berpikiran macam-macam? Mereka ini yang waktu kecil dan jatuh, yang disalahin batunya kali, ya. Jadi kalau mereka merasa salah, mereka maunya salahin orang lain aja. Eh, maaf Tuhan, aku jadi judging.

Tuhan, ngomong-ngomong, kenapa sih banyak orang yang niat banget menyebarkan agama, tapi lupa dengan toleransi pada sesama? Waktu kukecil, guruku bilang, agamamu agamamu, agamaku agamaku. Itu sederhana kan untuk dipahami, ya? Kenapa susah sekali sih untuk menghormati kepercayaan orang lain. Kenapa banyak orang suka menyampuri ibadah orang lain, menghitung pahala orang lain, Tuhan tidak sedang kekurangan malaikat, kan?

Tuhan, aku belajar modifikasi perilaku. Lalu aku merasa kalau dosa dan pahala itu mirip token ekonomi dan response cost. Sayangnya, malaikatku ngga pernah menunjukkan berapa poin masing-masing. Jadi aku kan tidak tahu masuk mana, nantinya. Nah, aku bingung deh Tuhan. Kok bisa ya, ada manusia yang menunjuk-nunjuk seseorang itu pasti masuk neraka? Dia dapat bocoran dari mana sih, Tuhan?

Tuhan, aku lelah menulis. Mungkin aku akan menulis semacam ini kali lain. Aku tahu Tuhan mendengarku

Regards,

HambaMu yang overthinking selalu

You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram