#JustWrite

Tentang Kepalaku

Mei 21, 2024

Kadang-kadang, aku merasa kepala ini menyulitkanku. Misalnya, tiba-tiba kepalaku terasa pusing. Pernah juga aku jadi terhuyung-huyung tanpa sebab. Kepalaku juga pernah mencengkeramku ketika aku belum minum kopi. Tidak lupa, kepala adalah sumber kecemasan nomor satu yang kumiliki. Kepalaku butuh tidur, tetapi ia juga yang kerap memaksaku terjaga. Misalnya untuk menjawab pertanyaan yang aku tidak tahu jawabannya. ,"Kenapa kamu masih ada di dunia?" atau "Bagaimana melanjutkan hidup yang tidak pernah kausuka?"

Belakangan kepalaku semakin berat. Bersamaan dengan kabut kelabu yang kian hari kian pekat. Padahal ini bulan biasanya kepalaku berdebat. Namun, jika kuingat, kepalaku memang tampak terlelap di awal tahun. Padahal, awal tahun beberapa waktu ke belakang, kepalaku biasanya membuat ulah dengan adukan hormon yang membuatku kosong setiap bangun tidur. Kepalaku yang nakal ini seringkali kelabu ketika aku selesai berhibernasi. Namun, mengapa kini kepalaku harus sekarat saat tugas-tugas kian menumpuk menjadi berat? 

Ketika lahir, bagian yang paling besar adalah kepala. Ketika usia menanjak, masalah selalu datang dari kepala. Tentunya aku menyayangi kepalaku. Tanpa kepala aku kan hanya seonggok tulang dengan daging yang teramat tipis. Mungkin karena saat tidur pun kepalaku tidak tidur, ia menjadi semena-mena terhadapku.

Aku menyesali kepalaku yang harus berada di ruang kelabu sekarang. Padahal aku hendak mengerjakan hal-hal yang menyenangkan. Ada banyak hal yang kusukai yang pasti membuatku jumpalitan jika saja kepalaku sedang tidak kusut tak karuan. Bahkan hal-hal menyenangkan pun tidak diberi jalan untuk membuat hatiku riang. Dasar kepalaku!

Siang ini aku mengadukan kepalaku. Kali-kali saja sindiran ini menyadarkannya. Ia mungkin bisa membersihkan gumpalan awan-awan kelabu tak diundang itu.Aku akan kembali saat kepalaku menjadi peri baik hati lagi.

#JustWrite

Pada suatu hari...

Mei 11, 2024

 Pada suatu hari, yang aku inginkan adalah mati muda. Kukata pada Tuhan, izinkan aku berakhir sebelum dua puluh empat. Namun, Tuhan tidak mendengarkanku. Mungkin ada yang harus kulakukan, pikirku begitu. Entah apa pun, kurasa kuhanya terus-menerus dihantam kehidupan yang tidak menyenangkan. Tuhan tidaklah jahat, tidak, tidak pernah Tuhanku jahat. 

Pada suatu pagi, aku lalu berharap lagi. Tuhan, izinkan aku bergabung di klub dua puluh tujuh. Namun, doaku sepertinya terlalu jauh. Biar aku berpeluh, biar aku mengeluh, aku masih ada. Meskipun aku tiada tahu artiku ada untuk apa, aku masih ada. Meskipun aku tak berdoa berumur panjang, Tuhan memanjangkannya. Lihat, Tuhan terlalu baik padamu. Lihat, dia memberi kesempatanmu untuk menjawab pertanyaan yang sampai kini belum terjawab itu.

Pada suatu waktu, aku masihlah takut menua. Aku tetaplah manusia yang tak ingin mencapai usia terlalu tinggi. Aku manusia yang menyadari aku bukanlah apa-apa, dan Tuhan memberiku waktu untuk bersiap menghadapNya. Sebab bekalku belum cukup, sebab aku terlalu buruk, mungkin begitu. Sebab yang kutahu, menghadap Tuhan adalah kepastian yang paling pasti yang aku tahu pasti terjadi.

Pada suatu hari yang tidak pernah terjadi, aku ingin berterima kasih sebab Tuhan membuatku ada. Walau aku tidak pernah bisa menjawab mengapa aku harus ada, mengapa aku harus terus ada, dan mengapa aku harus bertahan untuk tidak meniadakan diri.

Aku ada bukan karena aku, maka tiada boleh kumeniadakan diriku. Maka pada suatu hari, aku akan menghadapnya dengan senyuman. Kalau-kalau saat bertemu denganNya lah aku tahu mengapa aku ada dan harus ada di dunia, sesuatu yang kurasa... tidak pernah kuminta.

Popular Posts

My Instagram