Pada suatu hari...
Mei 11, 2024Pada suatu hari, yang aku inginkan adalah mati muda. Kukata pada Tuhan, izinkan aku berakhir sebelum dua puluh empat. Namun, Tuhan tidak mendengarkanku. Mungkin ada yang harus kulakukan, pikirku begitu. Entah apa pun, kurasa kuhanya terus-menerus dihantam kehidupan yang tidak menyenangkan. Tuhan tidaklah jahat, tidak, tidak pernah Tuhanku jahat.
Pada suatu pagi, aku lalu berharap lagi. Tuhan, izinkan aku bergabung di klub dua puluh tujuh. Namun, doaku sepertinya terlalu jauh. Biar aku berpeluh, biar aku mengeluh, aku masih ada. Meskipun aku tiada tahu artiku ada untuk apa, aku masih ada. Meskipun aku tak berdoa berumur panjang, Tuhan memanjangkannya. Lihat, Tuhan terlalu baik padamu. Lihat, dia memberi kesempatanmu untuk menjawab pertanyaan yang sampai kini belum terjawab itu.
Pada suatu waktu, aku masihlah takut menua. Aku tetaplah manusia yang tak ingin mencapai usia terlalu tinggi. Aku manusia yang menyadari aku bukanlah apa-apa, dan Tuhan memberiku waktu untuk bersiap menghadapNya. Sebab bekalku belum cukup, sebab aku terlalu buruk, mungkin begitu. Sebab yang kutahu, menghadap Tuhan adalah kepastian yang paling pasti yang aku tahu pasti terjadi.
Pada suatu hari yang tidak pernah terjadi, aku ingin berterima kasih sebab Tuhan membuatku ada. Walau aku tidak pernah bisa menjawab mengapa aku harus ada, mengapa aku harus terus ada, dan mengapa aku harus bertahan untuk tidak meniadakan diri.
Aku ada bukan karena aku, maka tiada boleh kumeniadakan diriku. Maka pada suatu hari, aku akan menghadapnya dengan senyuman. Kalau-kalau saat bertemu denganNya lah aku tahu mengapa aku ada dan harus ada di dunia, sesuatu yang kurasa... tidak pernah kuminta.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!