Gue udah lama sebenarnya mau buat
ini, tapi selalu mikir, ntar-ntar aja. Dan... akhirnya gue menulisnya sekarang. Judulnya adalah
tempat-tempat yang akan gue rindukan kalau gue udah enggak di Solo lagi. Di
mana setelah lulus gue enggak tahu gue akan ke mana dan bukan itu yang akan
diperbincangkan kali ini.
Dan tempat
yang paling gue sukai di Solo adalah ... Taman Buku Bekas Gladag. Ada yang
menyebutnya Lapak Bekas Gladag, Lapak Bekas Alun-Alun Utara, Lapak Bekas
Klewer, tapi kalau di plangnya sih, tertulis Taman Buku dan Majalah Alun-alun Kraton Surakarta.
Gue tahu
tempat ini dari Pinyot dan pertama kali ke tempat ini adalah semester satu,
menuju akhir tahun 2012-an. Dan semenjak itu, gue hampir tidak pernah membeli
buku baru di Gramedia, kecuali Gramedia diskon 5000-an/10000-an, atau
waktu-waktu tertentu ketika gue benar-benar ingin buku itu.
Lapak buku
bekas gladag ini ada di gladag atau alun-alun utara. Lapaknya menghadap ke
lapangan alun-alun yang sekarang jadi tempat klewer sementara. Tempat ini mudah
kok untuk disambangi. Kalau gue biasa dari kampus UNS, biasanya naik BST
koridor satu dan turun di halte Bank Danamon. Kalau dari arah Jl. Slamet
Riyadi, misal dari St.Purwosari, bisa turun di halte depan gereja dekat patung
Slamet Riyadi. Untuk ke alun-alun utara, tinggal jalan ke jalan yang menuju
arah Keraton/Klewer. Jalan yang pas di sebelah PGS. Nah, dari situ belok ke
kanan. Ke tempat yang banyak jual kacamata-kacamatanya. Terus... keliatan deh
plangnya. Jujur, gue baru tahu kalau ada plang itu. Padahal, hampir tiap
semester gue ke sana tapi gue baru tahu plang itu di tahun 2017 padahal dibuat
sama anak FISIP UNS, tahun 2012.
Kalau
enggak salah hitung, di sana ada sekitar sepuluhan lapak buku bekas. Enggak
banyak memang, tapi lumayanlah.
Sayangnya, waktu gue ke sana hari Minggu dan tumben banget banyak toko yang tutup. Padahal biasanya tuh semua buka.
Gue dan
Pinyot paling sering ke toko yang paling depan dan sebelah kiri. Yang jaga
namanya Om Bambang tapi sekarang udah bukan dia lagi, tapi saudaranya yang gue
belum tanya lagi namanya siapa.
Kalau enggak salah, bapak ini juga yang punya toko
di belakang yang di cat merah muda rak-raknya, begitu menggemaskan.
Sayangnya, waktu gue ke sana hari Minggu dan tumben banget banyak toko yang tutup. Padahal biasanya tuh semua buka.
tokonya beberapa tutup :( |
toko langganan gue dan pinyot |
Lapak bekas
Gladak ini mungkin enggak seterkenal lapak buku bekas di belakang stadion Sriwedari. Tapi, buat gue dan Pinyot, kita lebih suka di sini. Mungkin karena
di sini tuh, lebih banyak buku fiksi yang dijual dan juga majalah-majalah. Gue
kan biasanya beli novel atau buku anak-anak. Ada sih beberapa buku non fiksi,
tetapi kebanyakan mereka memang jual novel, komik, dan majalah. Ada juga yang jual
kaset jadul kayak di tokonya Om Bambang.
Bahkan kemarin, ada bapak-bapak yang
nunjukin gambaran mainan anak SD zaman dulu dan kertas cerutu. Mungkin kalau
dijual lumayan mahal. Selain itu, di sini gue merasa lebih bebas untuk
‘ngacak-ngacak’ waktu nyari buku daripada di belakang sriwedari, mungkin karena
tempatnya memang membuka akses seluasnya untuk masuk. Atau mungkin juga karena
gue jarang ke belakang Sriwedari, jadi ngerasa canggung dan di situ juga lebih
banyak buku sekolah dan pelajaran. Jadi, kalau lu mau nyari fiksi, mending ke
gladag tapi kalau mau nonfiksi silakan ke lapak belakang sriwedari.
siap diacak-acak |
kata bapaknya itu kertas cerutu |
Nah, soal
harga, menurut gue sih, ya... lumayan untuk kantong mahasiswa yang pengin punya
buku asli dengan harga murah. Ada beberapa pedagang yang menjual buku bajakan
meski cuma satu-dua tumpuk. Biasanya yang dibajak adalah buku-buku best seller.
Ciri buku bajakan adalah biasanya dia berplastik, terus dalamnya kertas buram
gitu dan mereka menjual dengan harga murah. Tapi enggak disarankan ya, udah
gitu gue pernah nyoba beli sekali dan sekali baca, bukunya rusak karena lepas
semua gitu. Jadi mending beli yang asli-asli aja.
ini sih buku asli |
Komik-komik
biasanya dijual 2500-5000, tergantung tebal. Iya, di sini tuh mereka lebih
sering melihat tebal buku daripada judul buku. Untuk novel, yang tipis ada yang
5000 sih, tapi kebanyakan 10.000-15.000, tetapi kalau dia udah tebal gitu, bisa
di atasnya. Misalnya nih, dulu gue membeli novel-novel metropop dan Gagasmedia, dengan kondisi licin-licin, kalau enggak
salah 100 ribu, gue dapat 8 atau 9 gitu. Waktu itu kayaknya gue beli Marriageable, Antalogi Rasa dsb. Kalau
buku anak-anak, mulai dari 3000an sampai 20-an. Ah, ya, gue pernah beli
Psikologi Abnormalnya Nevid, cuma 15k. Jadi, buat gue sih, tempat ini surga
deh.
entah berapa usianya buku ini |
Tadi gue
enggak beli banyak buku karena masih ada beberapa hasil berburu cuci gudang
gramed di Jogja yang belum dibaca. Udah
gitu, sekarang ada iJak, jadi cukuplah membantu gue dalam membaca murah tapi
enggak baca bajakan. Gue cuma beli dua buku titipan teman gue dan dua buku yang
gue beli random. Teman gue nitip Harry Potter ke-7, ada empat sih, gue pengin
juga biarpun udah baca, tapi mungkin lain kali. HP7-nya masih sangat mulus
meski sudah menguning dan itu hard-cover, dihargai 50k. Terus bukunya Stephen
King, yang Lisey’s Story, 25k, masih mulus juga. Terus gue iseng beli bukunya
Karla M. Nashar dan Tia Widiana yang Mahogany
Hill, katanya sih bagus, dua buku itu masing-masing 15k. Kalau beli banyak,
boleh kok nawar. Di sini ada juga buku-buku tua dengan bahasa yang enggak gue
ngerti atau bahasa belanda/jerman, misalnya. Tapi, gue lupa untuk memotretnya.
yang gue beli kemarin |
Di depan
lapak bekas ini juga ada tempat benerin sepatu dan jual sepatu bekas.
Oiya, lapak ini buka dari pagi. Jadi kalau kalian datang jam 9, kebanyakan udah mulai buka. Terus untuk tutup biasanya sih sorean gitu.
Oiya, lapak ini buka dari pagi. Jadi kalau kalian datang jam 9, kebanyakan udah mulai buka. Terus untuk tutup biasanya sih sorean gitu.
Sekian,
semoga ocehan gue kali ini ada manfaatnya.
See you!