Memanusiakan manusia? (Racauan Malam)

Desember 06, 2017

Memanusiakan manusia.

Lupa, kapan pertama mendengar kata-kata itu. Mungkin saat sekolah dahulu, atau ketika membaca buku-buku kuliah menyoal pendidikan atau konsep humanistik.Kala itu, gue hanya berpikiran dalam konteks pendidikan saja, bahwa pendidikan 'memanusiakan manusia' adalah pendidikan yang sesuai dengan kemampuan seorang manusia, memberikan layanan pendidikan agar manusia bisa jadi lebih baik dan mandiri. Sederhananya bergitu.
Namun, beberapa hari ini, memanusiakan manusia seakan mulai menggelayuti ruang pikiran. Sebabnyalah gue mengoceh di sini malam-malam, berniat mengeluarkan pemikiran-pemikiran yang mungkin pada akhirnya kacau dan tidak sistematis.
Gue sering mengamati sosial media. Lalu kesal sendiri, sok-sok menganalisa, bertanya-tanya sendiri, dan pusing-pusing sendiri. Tetapi dari situ gue dapat gambaran arti memanusiakan manusia, setidaknya versi sudut pandang gue sekarang.
Gue cukup aktif di sosial media, tetapi hanya sebatas ngoceh sendiri di twitter, sesekali membuka Facebook hanya untuk ngepoin grup adopsi kucing, dan unggah foto di instagram sesekali. Selain itu, gue pasif. Gue hanya berkomentar di akun teman, itu pun jarang sekali. Ada banyak hal yang gue amati, hal-hal yang terjadi di dunia maya, dan mengapa sebuah kata memanusiakan manusia muncul. 
Karena banyak manusia yang mendadak menjadi Tuhan di sosial media dan seenak hati menghakimi orang dan merasa dirinya terbenar dan teralim, karena banyak pula yang  sejahat dementor, atau lupa kalau sebenarnya ia manusia  tapi ngikutin tingkah bukan manusia. Gue tidak mau menyalahkan siapapun, karena mungkin gue juga pernah nggak sadar seperti itu. Misal, gue mungkin pernah bergumam dan berbicara soal moral atau agama di kepala ketika melihat suatu postingan meskipun gue tidak pernah berkomentar langsung.

Gue jadi berpikir, bahwa benar, pendidikan adalah alat untuk memanusiakan manusia. Pendidikan di sini nggak harus kita belajar di sekolah, bisa dari baca, lingkungan, tontonan, ceramah, materi seminar dsb. Pendidikan berguna buat memberi landasan ke seorang manusia, kalau ia adalah manusia, dan bagaimana manusia seharusnya bersikap dan berperilaku. Gue jadi mikir, manusia memang butuh bekal ‘how to’ bermasyarakat di dunia maya dengan baik.
Gue berusaha untuk menanamkan di kepala bahwa manusia bukan Tuhan, jadi kita nggak pantas mengkafir-kafirkan orang. Kita nggak pantes mendiskriminasi orang, nge-bully orang atau berkata kasar ke orang yang mungkin lagi salah. Kita juga bukan polisi moral yang bisa menilang orang karena udah ada malaikat yang mencatat pelanggaran-pelanggaran berkehidupan. Orang bisa aja berlaku melanggar norma, tetapi gue tidak punya hak untuk berkata-kata kasar, keji, sadis nan bengis padanya. Jujur, gue suka sedih lihat ada suatu kejadian, di mana seseorang melakukan kesalahan tetapi dikomentarin penuh makian. Gue pun mungkin pernah keceplosan mengomentari di dalam kepala. Gue mikir, kalau orang salah, terus tambah dipojokkan, gue rasa, keinginan untuk menjadi baik itu malah berkurang.
Jadi ngelantur.
Memanusiakan manusia juga berarti menganggap manusia sebagai individu, makhluk hidup, dan seorang manusia (?).
Balik lagi, kita enggak baik mendewakan manusia. Kita enggak baik menganggap manusia begitu buruknya seperti setan. Gue suka lihat, kelompok atau orang yang terobsesi dengan manusia dan mendewakan mereka.

 Gue selalu berpikir bahwa perilaku baru dibentuk pertama kali dengan menanamkan kesadaran. Kesadaran bisa bertambah dengan adanya pengetahuan dan pengalaman. Kesadaran untuk bisa sopan dan berperilaku baik di sosial media (karena gue habis mengamati sosmed) bisa tumbuh kalau kita tahu, kenapa harus sopan, gimana caranya sopan di sosmed, dan punya gambaran apa dampak negatif kalau kita berperilaku seenaknya dan keluar dari jalur 'manusia'.
Gue menyadari kalau kita terlahir sebagai manusia, tetapi hal yang penting adalah apakah kita sudah menghargai diri kita dengan berperilaku selayaknya manusia yang sopan dan menghargai manusia lain atau tidak. Itu catatan buat gue sekarang.

Setelah selesai, tidak tahu apa yang kuracaukan >.<

You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram