Dear Ci,
Maret 08, 2018
Saya tahu kalau kamu tidak pernah
menginginkan keberadaanmu di dunia. Saya tahu kalau enggak ada yang benar-benar
kamu inginkan lagi di dunia sejak kamu tahu kalau batal hidup itu tidak
mungkin. Saya tahu kamu adalah manusia yang tidak pernah tahu mengapa kamu ada
di sini tetapi masih berusaha bertahan karena ada orang-orang yang menjadikanmu
ada yang terlalu baik untuk kamu patahkan hatinya ketika kamu benar-benar
mematahkan nadimu. Saya tahu menjalani hidup dengan kecemasan yang tidak pernah
kamu undang tetapi datang, gejala depresi yang datang sendiri, dan segala awan
abu yang memayungi kepalamu itu tidak menyenangkan. Saya tahu bahwa kehidupan
yang dijungkir balik sesuka Dia itu begitu kamu benci. Saya tahu, Ci. Saya
tahu.
Saya tahu bagaimana rasanya tertekan dengan
diri sendiri padahal tidak ada yang menekanmu. Saya tahu rasanya dianggap mampu
padahal kamu merasa tidak, dianggap bisa padahal tidak, dianggap tinggi padahal
tidak. Saya tahu rasanya membenci pujian ketika kamu merasa kamu sampah. Saya
tahu rasanya menerima ejekan dan tatapan menjatuhkan ketika kamu percaya kamu
bisa. Juga rasanya ingin mati tetapi takut. saya tahu kamu ingin mati tetapi
takut dengan sakitnya proses kematian, takut bahwa kamu enggak cukup baik untuk
jadi kesayangan Tuhan, takut kalau kamulah yang menjebloskan orangtuamu ke
neraka.
Dear Ci, terima kasih sudah mau bertahan di
belantara dunia yang tidak kamu suka. Terima kasih sudah terus berjalan walau
beribu kali kamu ingin berhenti dan mengangkat tangan. Hari ini saya ingin
berkata padamu, kamu memang belum berbuat apa-apa, tapi tidak mengakhiri dirimu
sendiri itu sudah cukup besar untuk saya. Kalau kamu tak tahu hidup itu untuk
apa, hidup itu untuk mati, Ci. Kalau kamu percaya Tuhan, Dia janji dia akan
memberi kita hidup sesuai dengan apa yang kamu lakukan sekarang. terdengar
tidak menyenangkan, tetapi kalau kamu percaya Tuhan, kamu juga harus percaya
ini. Jadi, Ci. Mari kita lanjutkan hidup untuk kematian yang lebih baik. Saya
tahu kamu ingin mati muda, mari kita lihat apakah benar adanya.
Sekali lagi, maafkan dunia dan semesta.
Kamu tidak akan pernah baik-baik saja sampai kamu berdamai dengan mereka.
Regards,
Your limbic
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!