Ocehan Tentang Novel 24
Desember 11, 2018Foto dari MillyKitty Petstore |
19 November lalu, novel kedua yang
selesai kutulis—tulisan pertamaku yang
selesai berjudul Odrei dan kumemutuskan untuk menyimpannya sendiri—akhirnya diterbitkan. Judulnya
'24'. Hari ini, kumemutuskan untuk berbicara sendiri tentang novel itu.
Sebab sepertinya, terasa tak lengkap jika aku tidak mengoceh sendiri tentang
buku pertamaku yang akhirnya diterbitkan.
Kenapa berjudul 24?
Sampai sekarang, aku masih belum bisa
membuat judul dengan baik. Awalnya, 24 berjudul Biru dan Surat-suratnya, tetapi kemudian kuberpikir itu macam Biru
punya banyak surat cinta yang dia simpan untuk calon-calon gebetannya. Kusempat
berpikir memberi judul Langit Tanpa Biru. Namun, entah mengapa berakhir
memberinya judul '24'. 24 sendiri adalah jumlah surat-surat yang Bi
tuliskan sebelum ia meninggal. 24 juga umur Biru saat ia pergi meninggalkan
dunia ini. Jadi, begitulah.
Tentang apa 24 ini?
Katanya, ditinggalkan tanpa pamit adalah kehilangan yang paling sakit. Karena itu Ngit, jika pergiku tiba-tiba, bisakah kamu mengirimkan surat-suratku pada mereka? Aku minta tolong padamu untuk memberikan surat-surat itu kalau aku benar-benar pergi lebih dulu. (Potongan surat Biru kepada Langit)
Semua yang yang datang tiba-tiba memang selalu membuat manusia terkesima, apalagi kabar duka. Sebuah telepon di 17 Maret 2015 sore begitu mengagetkan Langit. Hati lelaki itu terpukul mendengar kabar Biru—kembarannya—ditemukan tidak bernyawa di dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan raya. Sebulan setelah peristiwa duka tersebut, Langit menemukan peti berwarna hijau mint di bawah tempat tidur Biru. Peti berisikan 24 amplop surat, termasuk untuk dirinya. Surat untuknya berisikan salam perpisahan dan permintaan Biru untuk mengirimkan 23 surat lainnya. Di dalam hati, lelaki itu bertekad menjalankan permintaan terakhir kembarannya, berharap menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan besar yang tercetak jelas di otaknya.Mengapa Biru menulis surat-surat ini? Kepada siapa saja surat-surat ini dikirimkan? Adakah hubungan antara surat-surat ini dengan penyebab kematian Biru?
Begitu Blurb-nya. 24 berkisah tentang
Biru yang meninggal tiba-tiba. Nah, sebulan kemudian, kembarannya menemukan
sepeti surat yang Bi tuliskan. Padahal, Bi ini paling benci menulis. Ini tentu
saja bikin Langit penasaran. Kenapa anak ini nulis surat, isinya apa, untuk
siapa, kenapa nulis surat dan lain sebagainya. Tentu jawabannya akan
ditemukan kalau kamu membacanya haghag.
Dari mana idenya?
Awalnya, aku ingin
menulis cerita tentang anak dengan ADHD, idenya sendiri kudapatkan saat sedang
di kelas mata kuliah ADHD. Lalu, waktu itu aku sedang menggandrungi baca-baca
soal OCD. Akhirnya, kumemutuskan untuk membuat cerita dua anak kembar,
laki-laki dan perempuan. Anak perempuan itu ADHD dan si laki-laki OCD. Kupun
pernah membaca bahwa bagian yang 'berbeda' pada anak ADHD dan OCD berada di
tempat yang sama—sepertinya di limbik dan aku lupa >.<
Dan ya, kumenulis kisah mereka kecil.
Beberapa bagian, yang akhirnya pernah kuposkan di sini (cerita-cerita dengan judul Kelas 4 dan Kelas 3) dan di sini (berjudul 6 yang tak tahu kapan selesai).
Seminggu setelah aku menulis dua bab sepanjang 10k itu, aku membuka Pinterest
dan tiba-tiba mendapatkan ide tentang menulis surat sebelum mati. Waktu itu
tengah malam,kusudah mematikan lampu kamar, dan takbisa tidur sampai cerita
awal-akhir selesai di kepala. Kuberpikir, seseorang harus menemukan surat itu
dan dengan ikhlas mengirimkannya. Lalu kuberpikir soal saudara kembar, dan
entahlah bagaimana akhirnya kumemutuskan anak perempuan ADHD dan anak lelaki
OCD ini jadi tokoh di cerita surat-surat ini.
Ternyata... kumenemukan posting saat
mereka baru-akan-ditulis. Bisa baca di sini
Proses Penulisan
Kukadang merasa kalau kupenulis yang
lamban, tapi kumenulis buku anak untuk tesisku selama sehari. Sebabnya, kumudah
terdistraksi. FYI, sekarang kusedang menulis novel yang kumulai 1 Desember dan
ingin kuakhiri sebelum Natal—keinginan yang seperti tidak tahu diri karena
sudah tanggal 11 dan baru 4 bab. Namun, bukannya menulis, kumalah membuka blog
dan mengoceh di sini. Padahal, kalau sedang fokus, kubisa menulis beberapa ribu
kata sehari—yang sayangnya jarang sekali.
Baik, 24 kutulis pada Maret 2015. Baik
cerita anak maupun memulai saat mereka dewasa. Namun, kuhentikan di bab 13
karena kuakan KKN. Selain itu, aku merasa lelah. Ya, wajar sih. Aku agak gila
waktu itu. Berniat membuat 24 surat dengan 24 sudut pandang. Membuat 'suara'
yang otentik untuk tiap orang itu sulit—dan kuberharap suatu hari bisa menulis
dengan banyak sudut pandang cukup banyak.
Sejak kuhentikan karena mau KKN, aku tidak menulisnya lagi, termasuk ketika
kumencoba memposting bab-bab awal 24 di GWP—yang kemudian kuhapus —dan
kupindahkan ke Wattpad dan Storial.
Kumenemukan bahwa penulis pemula macamku
tausah bunuh diri dengan menulis 24 pov dulu. Akhirnya, 24 kutulis ulang Juli/Juli
2016 dan kuakhiri 18 November 2016. Sempat kuperam dan tinggalkan sebelum
kumengeditnya sendiri.
Juni/Juli 2017, kumengirimkan 24 ke
Elex Media. Awalnya, aku sudah hopeless karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Tidak
menyangka, 21 Desember 2017, Kak Afri mengirimkan email berisi 24 akan
diterbitkan. Kudiminta self-edit sebelum akhirnya sekitar
bulan Juli/Agustus, 24 mulai diedit dan akhirnya bisa terbit di bulan November.
kover 24
Harga: Rp58.800 Terbit: Senin,
19 November 2018 Halaman: 232
|
Doodle-doodle
di kover 24 digambar oleh teman dekatku, sebut saja Pinyot a.k.a Opie
Meilana (IG: opiedesu). Doodle itu ia gambar dalam waktu sehari. Ada peti, lembaran
surat, alat tulis, kamera, hal-hal yang erat kaitannya dengan Biru. Warna mint
green pun dipilih sebab itu sewarna dengan peti milik Biru. Kuharap kalian menyukai kover ini.
Apa yang mau disampaikan?
Ikhlas. Kadang, aku sulit untuk
mengikhlaskan sesuatu. Menerima sesuatu yang kutaksuka, misalnya. Dan kupikir, itu salah satu hal yang ingin kusampaikan di sini. Yang lain-lain, mungkin bisa langsung dibaca saja---maafkan kemalasanku ini. Kuharap siapa pun yang membaca, bisa merasa ikhlas, terhibur, dan tidak merasa merugi sudah menghabiskan waktu untuk membacanya. >.<
Mengapa kumemakai 'Ode' dan 'Ome' alih-alih mama papa, ibu ayah, dkk?
Beberapa orang pernah bertanya demikian dan sebenarnya, iseng sadja. Kalau kumemakai ‘mama’ atau ‘papa’, ditakutkan aku jadi
curhat atau malah memikirkan kedua orangtuaku yang bisa jadi cerita ini berubah
entah menjadi apa. Ode dan Ome pun bukan bahasa manapun—sepengetahuanku sih.
Jadi, Ode adalah ayah, di mana ‘d’ untuk daddy. Begitu pula Ome, di mana ‘m’
adalah Mommy. Aku tahu ini sedikit atau banyak memaksa.
Omong-omong, 24 pernah masuk cerita
pilihan mingguan di Storial.co pada Agustus 2016 dan masuk Daftar Cerita Istimewa di Wattpad. Mungkin kuharus sedikit senang dengan
itu, meskipun sesungguhnya, kubukan penulis yang dikenal di platform mana pun
haghag.
Pada akhirnya, kuingin
berterima kasih untuk semua. Untuk orangtuaku, keluargaku, Kak Afri (editorku), teman-temanku yang kukenal
di platform menulis itu, juga teman-temanku semasa sekolah dan kuliah. Tak lupa
guru dan dosen selama kusekolah. Juga mereka yang pernah membaca 24 ketika
kutaruh di platform menulis, juga para pembaca 24 dan para calon pembaca. Terima kasih banyak.
Jikalau ada pertanyaan,
kritik, saran, kesan, dan semua yang berkaitan dengan novel ‘24’, jangan sungkan
untuk menghubungiku di Twitter dan IG @ossyfirstan atau email ke
halopluto@yahoo.com. Sekian, dan yuk #Jemput24
^^
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!