Resensi Silang Hati -Sanie B.Kuncoro & Widyawati Oktavia
Februari 18, 2014
Silang Hati– Sanie B.Kuncoro & Widyawati Oktavia –
Judul : Silang Hati Penulis : Sanie B.Kuncoro & Widyawati Oktavia (gagas duet) Editor : Ayuning Penerbit : Gagasmedia Cetakan/Tahun : Pertama / 2012 Tebal /ukuran : viii + 324 halaman / 13 x19 cm ISBN : 979-780-479-8 Harga baru :49.000 KepemilikanRating : Pribadi ( secondbook dibeli 8 Juni 2013): 3,25 dari 5
Silang Hati merupakan salah satu dari beberapa proyek Gagas duet yang diselenggarakan Gagasmedia dimana penulis-penulis saling berduet menghasilkan sebuah cerita.
Seperti novel Gagasmedia pada umumnya, Silang Hati memiliki kemasan yang menarik untuk disentuh,dipegang, lalu dibeli. Terlebih saya membelinya di toko buku bekas hingga tak berpikir dua kali untuk memasukkannya ke ransel saya.
Sampulnya didominasi
warna hijau,biru langit yang memudar,putih awan dan coklat kayu. Sebuah layang-layang merah, 3 ekor burung terbang dan dedaunan kering serta judul yang seolah berada di pigura kayu mempercantik desain sampulnya. Oh ya, semua Gagas duet melebihkan panjang dan lebar bagian belakang sebagai cover bertuliskan judul yang bisa dijadikan pembatas. Layout dalam bukunya bagus, dengan gambar-gambar rumput dan burung sebagai pembatas tiap cerita.
Silang Hati memuat dua cerita yang ada kaitan antara satu cerita dengan cerita lainnya. Cerita pertama berjudul Senandung Hujan yang disenandungkan oleh Sanie B.Kuncoro dan Widyawati Oktavia menyajikan cerita berjudul Persimpangan.
Baiklah,mari kita bahas satu-persatu.
Senandung Hujan ditulis dengan gaya khas Sanie yang bisa dikatakan penuh majas atau mungkin selalu ingin memberikan keindahan dalam setiap kalimatnya . Misal saja di halaman pertama kalimat pembukanya adalah Rajesh ingat pertemuan pertama itu. Seraut wajah yang seolah terbingkai dan tergeletak santun dalam kubikel ingatannya, tanpa gerak yang berlebih apalagi bertingkah.
Cara penuturan Sanie dalam novel ini tergantung selera setiap orang, jika kalian terbiasa dengan bahasa cerita yang pop atau teenlit mungkin akan cenderung bosan dengan gaya penuturannya atau bisa saja novel ini jadi terkesan lebai. Tapi kalau kalian suka kalimat-kalimat yang indah saya rasa kalian mungkin suka.
Seperti judulnya, maka novel ini nggak jauh-jauh dari hujan. Novel ini bercerita tentang Rajesh yang jatuh cinta pada seorang gadis yang ia temui di dalam bus , yang kemudian kembali bertemu dengannya di halte ketika hujan turun. Gadis itu menyarankan Rajesh untuk menghangatkan diri dengan korek api, tidak menjawab ketika Rajesh bertanya namanya lalu pergi.
Sebelum bertemu gadsr hujan itu Rajesh bertemu adik temannya, Borneo yang bernama Magnolia. Saya sendiri bingung cerita detail hubungan Magni dengan Rajesh seperti apa. Namun di bab Arah Berbeda memuat cerita Magni yang merasa mereka berdua terlalu berbeda untuk bersatu dan kembali berteman. Alurnya maju mundur dan agak tidak jelas mana dulu dan mana sekarang. Namun dari cerita Persimpangan dapat diketahui bahwa Rajesh bersama Magnolia => putus => Rajesh mendaki bukit bersama Aria => bertemu Lotus => dst..
Singkatnya, Rajesh melakukan pendakian bersama teman dan anggota baru klubnya. Kecelakaan pada Fitri, anggota klub baru membuatnya bertemu dengan gadis hujan itu. Lotus namanya
Magni tiba-tiba datang menemui Rajesh, intinya dia rindu dan ingin kembali. Namun sepertinya Rajesh sudah berpaling pada Lotus. Setelah pendakian itu, Magni bersama teman-temannya menjadikan Lotus sebagai taruhan. Magni pun menceritakan ini pada Rajesh yang kemudian marah mendengarnya. Rajesh dan Lotus pun bertemu dan sepertinya mereka pun menjadi sepasang kekasih.
Cerita kedua berjudul Persimpangan. Saya sendiri kurang mengerti persimpangan apa yang dimaksud, mungkin saja persimpangan hati Aria pada Rubina atau Hana. Untuk cara bercerita, Widya menyajikan gaga bertutur yang cantik namun lebih ngepop.
Persimpangan diawali dengan prolog Rubina atau Rubi yang bertemu dengan Aria yang kemudian membawanya ke cerita masa lalu. Kalau kalian membaca Senandung Hujan, Rajesh pasti sudah menyebutkan nama Rubina dan Aria.
Semasa kuliah, Rubi menyimpan cinta diam-diam pada Aria , mahasiswa arkeologi yang sepertinya beberapa tingkat diatasnya. Mengetahui Aria salah seorang anggota klub Bumi Hijau -semacam klub pecinta alam- Rubi pun nekat mendaftarkan diri ikut pendakian pada Danu, ketua rombongan yang akan memimpin pendakian ke Gunung Ceremai. Pendakian gunung kali ini terdiri dari 6 orang dan Rubi satu-satunya pendaki wanita. Pendakian ini mendekatkan Rubi dan Aria. Hingga di suatu malam mereka mengobrol bersama, menunggu bintang jatuh. Rubi bilang, keinginannya mungkin terlalu berlebihan maka ia berdoa agar keinginan orang yang ia cintai terkabul. Sedang Aria berkata ia menginginkan “Dia”. Dan Rubi pun menyadari, Aria memiliki wanita lain.
Rubi pun menjauhi Aria sejak malam itu. Rubi kemudian berbincang-bincng dengan Rajesh soal Aria,mendengar cerita Rajesh Rubi pun menangis dan lelaki itu tahu bahwa Rubi menyukai Aria. Rubi melunak di perjalanan pulang , ia mengusulkan Aria membawa perempuan yang disukainya ke sebuah toko peralatan kue.
Selepas pendakian, Rubi selalu menjauh dari Aria. Dan setelah Rubi tahu bahwa ‘dia’ yang dimaksud Aria adalah Hana. Namun,mereka kembali dekat hingga Aria meminta Rubi datang ke wisudanya. Rubi sudah membawa kue yang ia buat sendiri. Namun ia malah memberikan kue itu pada satpam ketika melihat Aria bersama Hana. Sejak itu hubungan mereka merenggang.
Singkatnya, Rubina kembali ke toko alat kue itu 2 tahun kemudian di hari ulang tahunnya. Dan mendapati sebuah cetakan yang dititipkan Aria untuknya 2 tahun lalu. Rubina meminta bantuan Rajeh untuk mendapat kontak Aria. Rubina mengirimi Aria pesan, lelaki yang pada awalnya berencana memulai penjelajahan sepulang dari S2 di Mesir itu, nekat loncat dari kereta dan mengunjungi kos Rubina di tengah malam. Dan tentu saja menghadirkan kisah cinta yang bahagia.
Secara keseluruhan saya menyukai buku ini . Meski saya lebih menikmati cerita kedua daripada cerita pertama. Dan bahwa kadang hati bersilangan saling menelusuri jejak cinta untuk menuju sebuah jalan yang akan dilewati bersama mungkin pesan yang saya dapatkan dari buku ini. Keseluruhan 3,25 dari 5 saya berikan untuk Silang Hati.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!