Benarkah phlegmatis?
September 07, 2014Saya suka iseng ikut tes kepribadian di buku atau internet. Sebuah tes mengatakan saya phlegmatik, tes lain menyebutkan saya gabungan phlegmatik melankolis. Dan tes lain lagi mengatakan 70% saya phlegmatik, 12,5 melankolis, entah berapa persen sanguinis, disusul koleris. Saya menulis ini, karena biasanya dengan menulis saya bisa mengupas dan mengenal diri saya.
Dulu sekali, ketika kelas 7 saya pernah membaca tulisan mengenai sanguinis, phlegmatik,koleris,dan melankolis. Saat itu, saat teman saya berkata,"Eh ini pas banget dengan gue. Gue sanguinis!" atau "Kayaknya aku melankolis deh,", saya hanya terdiam dan berpikir tidak ada yang benar-benar saya. Mungkin saya gabungan dari semuanya, saya merasa tidak ada yang dominan.
Saya merasa saya bukan sanguinis karena saya nggak suka menjadi pusat perhatian. Saya merasa saya bukan orang koleris karena saya tidak suka memimpin. Saya merasa saya bukan melankolis yang terlalu serius dan kritis. Saya juga merasa bukan orang yang plin plan seperti phlegmatik.
Tapi mungkin phlegmatik cukup banyak mengambil porsi di diri saya. Saya tidak terlalu menyukai keramaian. Saya tidak suka pesta, bahkan saya merasa kebingungan saat lebaran dan tamu berdatangan. Namun ada kalanya ketika saya nyaman, keramaian bukan masalah besar. Saya tidak tahu saya penghindar konflik atau bagaimana. Tapi ketika ada keributan di kelas saya memilih menonton, teman saya bilang saya phlegmatis karena hal ini.
Katanya, orang phlegmatik suka pada hal yang sama, memesan makanan yang sama,pergi belanja di tempat yang sama, senang dengan hal yang stabil menurut mereka. Mungkin benar , ketika saya sudah nyaman pada sesuatu saya malas pindah. Saya tetap di kost yang sama disaat teman saya mungkin ada yang sudah 4 kali pindah. Saya pernah membeli sepatu yang sama persis karena saya nyaman sampai sepatu itu tidak ada lagi di toko. Saya membeli merk pulpen yang sama. Saya menyukai merk kopi yang sama, meski dengan terpaksa pindah karena kopi itu tidak dijual disini.
Saya tertawa membaca orang phlegmatis adalah orang yang suka menyimpan apapun yang mereka anggap kenangan. Saya rasa itu benar. Sejak SD saya menyimpan ulangan saya, meski sekarang entah dimana. Namun hasil ulangan SMP dan SMA masih saya simpan. Saya menyimpan tiket-tiket kereta. Saya menyimpan notes-notes saya sejak SMA. Saya menyimpan kaos olahraga SMA saya yang penuh tandatangan. Saya menyimpan nota-nota belanja, hal yang mungkin tidak penting. Bahkan saya pernah hendak menyimpan bubuk pensil rautan UN sebelum akhirnya terbuang. Banyak hal yang saya simpan di kamar saya, hingga mama saya mengatakan saya menyimpan sampah. Jadi kalau saya bersih-bersih kamar saya akan membuang banyak sekali sampah. Saya selalu mengikat kaki saya dengan tali sepatu. Selain itu saya mengingat tanggal-tanggal saya membeli sesuatu, handpone pertama saya dibeli 4 Mei 2007.
Terserah katanya ciri jawaban phlegmatis. Mama saya sering sebal karena saya sering menjawab terserah. Saya memang kadang mencari aman, atau sebenarnya saya memang tidak punya pilihan.
Tapi saya merasa bukan phlegmatis karena saya merasa kurang sabaran. Ciri phlegmatis sabar bukan? Saya merasa bukan phlegmatis karena saya paling suka mengerjakan beberapa hal bersamaan, sebab katanya phlegmatis fokus pada satu hal. Saya merasa bukan orang yang tenang. Saya bukan orang yang suka menunda tugasseperti ciri phlegmatis karena saya senang ketika saya bebas tanpa tugas apapun. Tapi saya mungkin kurang konsisten mengerjakan tugas dari saya sendiri, menulis yang tak pernah selesai misalnya.
Bagaimana dengan melankolis?
Mama saya bilang saya tertutup. Bagaimana dengan kebiasaan saya ngetweet? Tweet saya mungkin hanya secuil yang terjadi dan saya rasakan. Di blog ini,saya sedikit terbuka. Sekarang misalnya. Sebuah artikel berkata melankolis senang menjadi anggota kelompok dan tidak suka dipimpin. Saya rasa ini benar.Saya menyukai novel dan menulis, katanya hal itu disukai orang-orang melankolis. Saya lebih memilih ulangan menulis daripada harus lisan.
Tapi saya bukan melankolis ketika, ketika saya bukan orang yang teliti. Statistika saya jelek karena saya tidak teliti. Saya tidak tahu saya orang yang kritis dan analitis. Saya benci data,angka dan grafik sedang melankolis katanya mencintainya. Tapi saya rasa saya tidak perfeksionis. Kalau orang melankolis adalah mereka yang kamarnya rapi, mungkin saya bukan melankolis. Kadang saya merasa nyaman-nyaman saja dengan kamar yang berantakan,tapi sesekali saya stres sendiri melihatnya hingga saya membereskan.
Saja jelas bukan sanguinis yang memotong pembicaraan guru untuk mencairkan suasana. Saya bukan manusia yang menjadi pusat perhatian. Papa saya sering menegur saya yang kadang sulit tersenyum, jelas bukan saunguinis yang senyum terus.
Saya tidak menyukai persaingan seperti koleris. Mungkin ketika SD saya pernah menikmati sebuah persaingan, menikmati ego saya bicara, namun sejak SMP saya tidak terlalu peduli. Saya tidak terlalu suka tantangan. Saya cuma hal yang aman.
Entahlah.
Saya percaya setiap manusia unik. Atau kata lain dari unik adalah aneh. Teman-teman SMP dan SMA beberapa mengatakan saya agak aneh. Tidak masalah. Tidak peduli sebenarnya saya ini dominan yang mana, saya hanya akan terus berusaha menjadi manusia yang baik dan berguna.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!