Kembali Menulis
Januari 31, 2019
Saya selalu merasa sedih
kalau nggak bisa produktif menulis. Tahun 2018 lalu, saya benar-benar tidak produktif menulis. Tidak ada satu tulisan pun yang berhasil selesai, saya hanya
membuat outline, lalu tidak mengerti mengapa kata-kata sulit sekali keluar.
Awal hingga pertengahan tahun, saya memang sengaja tidak menulis karena
disibukkan dengan tesis. Namun setelah wisuda, saya pun tidak menemukan lagi
ritme dan kelancaran menulis. Saya berpikir, mungkin ini sebab saya yang sedang
bermasalah dengan diri saya. Saya selalu merasakan itu.
Seringkali saya merasa pesimis, insecure, terlalu overthinking, dan terus menerus perfeksionis. Saya selalu merasa bahwa saya tidak pernah cukup baik untuk apapun. Untuk tulisan saya, untuk sekolah saya, dan semua yang bisa saya raih terasa dimentahkan begitu saja. Saya nggak bisa benar-benar mengapresiasi diri saya sendiri. Ketika saya seharusnya bisa sedikit berbangga dengan apa yang saya dapat, saya justru merasa insecure. Saya merasa bodoh, saya merasa nggak pantas mendapatkannya, saya merasa busuk, dan semua yang membawa saya pada jurang menuju kehancuran. Saya tahu, jika saya terus begini, saya akan hancur perlahan-lahan. Tapi saya tahu, memusnahkan semua itu tidak mudah. Empat hal yang saya sebutkan di awal paragraf ini begitu berhubungan, dan saya selalu merasa kesulitan mengenyahkan mereka.
Ada waktu-waktu di mana saya memutuskan untuk bersantai dan benar-benar tidak mengerjakan apa-apa. Saya melakukan apa yang saya sukai, dengan dalih, saya ingin membahagiakan diri saya. Saya membaca banyak buku karena itu cara saya lari dari dunia ini. Saya menanam bunga, saya mengurus kucing saya,tidur berjam-jam dan apa pun saya lakukan di waktu luang dengan dalih membuat-bahagia yang akhirnya pun menurunkan produktivitas saya. Saya akhirnya sadar, menggantungkan mood, memercayakan bahwa saya bisa menulis kalau sedang bahagia---kendati yang saya tulis tidaklah berbahagia--- adalah salah.
Kadang, saya ingin menulis tanpa mengkritik diri sendiri terus-menerus. Saya ingin menulis sampai selesai dan setelahnya barulah ada pembantaian. Saya tahu sebagian diri saya perfeksionis, tetapi sebagian lagi seringkali pesimis, dan ketika keduanya bertemu, saya tidaklah bergerak maju, tetapi mundur dan menuju kehancuran. Saya kesal dengan kebiasaan menulis sampai pertengahan, dan mengulang menulis lagi dari awal karena merasa busuk. 24 dan 45 Months, keduanya telah sampai pertengahan ketika berakhir saya tulis ulang dan sempat tak ingin dilanjutkan.
Kadang, saya merindukan waktu di mana saya bisa meracau dengan lancar. Sekarang, meracau puisi saja sulit. Mungkin sebab saya tak ingin menebarkan yang kelam-kelam. Saya menahan diri saya untuk terus meracau yang tidak-tidak, sebab lain saya nggak lagi rajin dan meracau di sini. Padahal, kalau dipikir, racauan itu membuat saya ringan dan memudahkan saya menjalani hidup.
Sebenarnya, tak begitu jelas apa yang ingin saya katakan di sini. Tapi, bukankah blog ini memang berisi perihal yang tidak pernah jelas? Saya hanya ingin kembali menulis dengan lancar, dengan bahagia, tanpa beban, dan yang sampah biarlah menjadi sampah.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!