Pendidikan Kewarganegaraan dan saya

Juni 07, 2013



Ketika menulis ini, ada sebuah makalah Pkn yang saya anggurin.

Ketika nulis ini,makalah itu baru tiba sampai rumusan masalah dan berlembar-lembar bahan tentang demokrasi pancasila belum saya baca. Bahkan sampai sekarang saya belum menemukan judul yang pas tentang makalah saya itu, saya bahkan bingung judul apa yang cocok karena judul aneh-ameh berkeliaran di otak saya seperti Perjalanan demokrasi Indonesia, dari lahir hingga menua.

Kalau boleh jujur, saya kurang suka dengan pelajaran kewarganegaraan,pendidikan Pancasila,semua yang berhubungan dengan negara,sistem pemerintahan dan lainnya, saya kurang suka.

Saya mungkin pernah berdusta ketika
menjawab soal ulangan "apa pentingnya pelajaran ini bagi mahasiswa?". Tentu saja ketika itu saya menjawab pelajaran ini penting untuk bla,bla,bla.
Saya kurang suka pelajaran kewarganegaraan bukan berarti saya tidak cinta Indonesia. Saya cinta Indonesia, seburuk apapun ia akan menjadi sebuah negara, sebaik apapun Indonesia akan tumbuh dan berkembang nantinya saya tetap cinta dengan Indonesia. Tapi wujud cinta Indonesia tidak selalu dengan belajar mengenai Pancasila,UUD, sistem pemerintahan,strategi pertahanan dan kawan-kawannya. Saya lebih suka seorang warga negara menunjukkan rasa cintanya dengan memakai produk dalam negeri daripada berkoar-koar tentang undang-undang dasar sambil memakai sepatu buatan asing.


12 tahun saya belajar mengenai pendidikan kewarganegaraan dan Pancasila, ditambah semester 1 ada pendidikan Pancasila dan sekarang ada Pendidikan Kewarganegaraan. Tapi 12 tahun itu,saya merasa saya hanya dicekokin teori,teori dan teori. Teori yang mungkin kadang tidak sesuai dengan fakta yang ada. Ketika saya belajar bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, lalu pulang sekolah saya melihat anak-anak yang memulung di jalan dan mereka tidak sekolah. Anda pasti sering melihat ini. Kenapa kita selalu dijejalkan dengan teori tanpa implementasi. Kadang kita hanya menghapal tanpa mencoba mengimplementasikan. Tidak ada yang salah dengan 5 sila di Pancasila, saya rasa betapa baiknya seseorang jika ia berjiwa dan mengamalkan Pancasila, bak seorang muslim yang menjalankan rukun Iman dan Islam.

,ketika SD dengan kepolosan ada seorang teman yang menjawab jika ada yang teman yang terjatuh maka.... dan ia memilih jawaban menertawainya, Jawaban jujur yang disalahkan guru ,hingga akhirnya ketika ujian kita dipaksa untuk menjawab sesuatu yang baik yang kadang tidak kita lakukan.

entahlah,saya ini sedang bicara apa. Saya salut dengan mereka yang memilih program studi pendidikan kewarganegaraan dan teman-temannya. Betapa hebatnya mereka bertahan dijejali materi itu hingga lulus nanti.
Yasudahlah, saya ingin melanjutkan makalah saya.


You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram