Cita-citamu
November 23, 2014
Kamu baru saja berkata tentang cita-citamu pada gadis kerempeng berambut keriting itu. Kamu tertawa saat gadis itu menganga mendengar cita-citamu.
“Aku tidak tahu harus berkata apa tentang cita-cita itu,” sahut si gadis setelah terdiam cukup lama. Kamu menyeringai, memamerkan sebiji taringmu yang gingsul tapi menjadikanmu tampan.
“Memang tidak ada yang perlu kamu katakan. Kamu hanya perlu berdoa cita-citaku cepat tercapai,” katamu.
Lalu kamu pergi meninggalkannya seorang diri di kelas.
Lalu kamu pergi meninggalkannya seorang diri di kelas.
*
“Aku akan meraih cita-citaku sebentar lagi,” katamu pelan.
Kamu sudah sampai di kebun belakang sekolah. Sekarang kamu berdiri di bawah pohon beringin, Kamu lepaskan ransel merahmu dari bahu, mengeluarkan peralatan menggapai mimpimu.
Kaliber 22 sekarang di genggamanmu. Kamu mengambilnya dari kamar ayahmu tadi pagi. Kamu arahkan senjata itu ke mulutmu, matamu terpejam mengingat ibumu. Lalu tanganmu bergerak mendorong peluru seperti yang ayahmu biasa lakukan. Secepat kilat peluru itu masuk ke mulutmu. Kamu terjatuh. Mati.
“Selamat! Kamu berhasil menuntaskan mimpimu, mati. Selamat bertemu mendiang ibumu,” gadis itu mendekat dan mencium pipimu. Tanpa kamu tahu, dia menyaksikan aksi meraih cita-cita terbesarmu.
169 kata. #fforangkedua
2 comments
hiks, speechless bacanya. sukaa. jadi ingat dulu getol banget nulis flash fiction gara mba donna dan mas isman..
BalasHapushihi, terima kasih Mbak Dedew.
BalasHapusJangan ragu untuk berkomentar, kawan!