Lukisan, anak-anak , dan orangtua mereka
Desember 06, 2015
Hari ini saya bangun pagi buta, bersama Nay dan Nad memesan jajan pasar untuk acara perpisahan. Lalu saya dan Nay ke CFD, tidak ada yang menarik, sampai kami berhenti di depan Sriwedari. Ada seorang lelaki dan perempuan yang terduga suami-istri, mereka menjual kanvas dan cat air. Si laki-laki menggambar, si perempuan menyiapkan cat dan tempat melukis. Dan satu per satu anak-anak datang, minta digambari ini dan itu untuk mereka lukis. Tapi ada yang menarik, yang kami bicarakan. Bukan lukisan, bukan pemilihan warna, tapi perilaku orangtuanya.
Awalnya, anak-anak itu melukis sendiri. Lalu kemudian seorang anak berceletuk," Bu, ini di cat warna apa?". Lalu kami berdiskusi dan sepakat anak-anak yang terus bertanya "ini warna apa, daun apa, sungai apa," kemungkinan akan menjadi anak yang sulit membuat keputusan jika dibiarkan. Akan menjadi anak yang selalu bertanya tanpa berpikir dahulu, anak yang malas mencerna informasi. Sulit punya pilihan sendiri. Itu argumen kami entah dari mana.
Waktu bergulir, orangtua mulai tidak sabar. Dari sekitar 10 anak, hanya 2 anak yang benar-benar 'dilepas' melukis oleh orangtuanya. Seorang anak yang melukis Elsa, hanya ditunggui oleh ibunya tanpa bantuan. Begitu pula seorang anak dengan power ranger. Yang lainnya, ada yang sedikit mendapat arahan dan ada yang ibunya turun tangan membantu melukis -mungkin tidak sabar sebab anaknya tidak kunjung selesai-. Yang menarik adalah seorang anak balita yang melukis celengan sendirian. Entah dimana orangtuanya. Hingga ketika ia merasa lukisan itu telah selesai, ia memanggil-manggil bundanya. Melihat bundanya belum datang, ia kembali meneruskan lukisan abstraknya sampai kedua orangtuanya datang.
Saya percaya, bahwa setiap orangtua punya cara sendiri dalam mendidik anaknya. Saya tahu, bahwa membuat pilihan dan keputusan sendiri adalah salah satu yang harus ditanamkan orangtua sejak kecil dimulai dari membebaskan anak memilih warna. Seperti Mama saya membiarkan adik saya mewarnai sesukanya di suatu lomba dimana orangtua lain berteriak-teriak mengharuskan bunga berwarna merah. Bahwa yang anak butuhkan dari kecil adalah kepercayaan dan kebebasan memilih, lalu tahu dampak pilihan itu. Dan membiarkan anak berpikir, mencerna sendiri dan ketika menyerah baru bertanya, baru meminta tolong.
Sudah, maaf untuk racauan siang-siang ini.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!