Tertidur dan Tertidur Lagi
Juni 21, 2014
Tertidur dan Tertidur Lagi
Melayang-melayang dan terus melayang. Aku merasa begitu nyaman dan tenang, ini seperti surga. Menghisap bunga kuning itu membuatku damai, entah apa nama bunga itu. Wanginya semerbak berputar di hidungku. Bunga ini seperti penenang, mungkin bisa kujual menggantikan pamornya ganja atau opium. Aku perlu membawanya beberapa, menjualnya di Indonesia tentu akan menjadikanku jutawan kaya raya. Dengan berjingkat aku mendekat ke bunga lain yang masih segar. Baru saja tanganku hendak meraihnya terdengar suara berat memanggilku.
“Nak... Hey bangun!” kali ini si suara berat itu semakin kencang. Badanku digoyang-goyang, apakah si suara berat yang punya kebun bunga memabukkan ini?
“Iya Pak. Saya minta ya, enak banget bunganya. Saya nge-fly,” jawabku dengan ragu. Tapi suara memanggil namaku makin keras dan plak.... Sebuah pukulan membuatku tersentak. Mataterbelalak, bukan padang bunga kuning memabukkan yang kulihat. Di depanku tampak sesosok lelaki tinggi besar berkemeja biru dengan rambut yang memutih. Di sampingnya ada seorang perempuan muda yang bisa jadi simpanan lelaki tua ini. Sekelilingku bangku-bangku yang disusun sedemikian rupa, di mejanya tertempel secarik kertas. Kuamati mejaku, ada serangkaian nomor dan namaku disana.
“Kamu tertidur Nak. Kemarikan lembar jawabanmu,” sahut lelaki dengan name-tag Prof. Hakim Sudirja,M.Sc. Aku adalah orang yang perlu waktu lama untuk mengumpulkan nyawa selepas bangun tidur, maka jika sekarang aku tidak mengerti apa yang ia katakan jangan salahkan.
Kutatap kertas yang tadi menjadi alas tidurku. Soal Tes Bidang Studi IPS dan selembar lembar jawaban dengan jawaban yang tidak bisa dibilang banyak. Aku tersentak. Ya Tuhan, aku tertidur di pertarunganku sendiri.
“Ini Pak Hakim,” kuserahkan lembar jawaban dan soal itu dengan pasrah. Lelaki itu tersenyum,”Sukses ya. Jawaban sedikit tak apa yang penting benar,” ia menepuk bahuku menenangku. Mungkin ekspresi wajahku terlihat begitu frustasi.
Dengan malas kubereskan pensil-pensil dan penghapus. Kumasukkan dengan asal ke ransel merahku. Mataku terpaku pada secarik kertas yang teronggok manis di meja. Apalagi kalau bukan kartu peserta. Kubaca dalam hati. Odilo Leon Andraya. Kelompok Ujian IPC. Pilihan pertama
Metalurgi UI, Kriminologi UI dan terakhir Sastra Inggris UGM.
Metalurgi UI, Kriminologi UI dan terakhir Sastra Inggris UGM.
Aku tidak yakin dengan jawaban soal-soal IPA-ku. Perutku mual melihat soal kimia hingga aku hanya menjawab tiga. Aku selalu berusaha keras belajar IPS kemarin, dan perjuanganku itu mungkin sia-sia mengingat apa yang terjadi tadi. Bunga kuning sialan!
****
Sampai rumah, kulempar ransel begitu saja. Mami tersenyum menyambutku.
“Bagaimana tesnya?” tanya mami. Aku terdiam, bagaimanapun tindakanku begitu mengecewakan. Orang gila mana yang membuang-buang kesempatan mendapatkan PTN bergengsi dengan tidur saat perang berlangsung. Kupeluk mami, dadaku sesak. Ada genangan yang mengambang di pelupuk mata,tapi aku laki-laki. Haram menangis.
“Maafin Odi mami. Odi tertidur saat tes kemampuan IPS,’ sahutku pelan mungkin tak terdengar. Mami hanya diam, kemudian membimbingku duduk di sofa. Aku tahu ini sangat melelahkan, dan terasa seperti sebuah ketidakadilan. Bagaimana tidak, tahun-tahun kemarin SBMPTN 2 hari. Dan sekarang 1 hari! Aku tertidur karena kelelahan.
“Nggak apa-apa. Kamu udah mengerjakan beberapa kan IPS-nya?” tanya mami. Aku memandang langit-langit mengingat apa saja yang sudah kujawab.
“Sejarah ada 5, ekonomi sepertinya 3 atau 4, sosiologi cuma 4 dan geografi kayaknya sih 7,” sahutku. Mami mengangguk dan mengelus rambutku.
“Itu sudah bagian dari usaha. Jawaban sedikit enggak apa-apa yang penting benar. Odi udah berusaha ngerjain soal, sekarang tinggal berdoa jawaban yang kamu lingkari benar,” mami menjawil hidungku. Aku diam terpaku. Mami menepuk pundakku sebelum pergi meninggalkanku. Kuhempaskan tubuhku begitu saja,dan perlahan semua gelap.
Aku takut tidak lolos SBMPTN. Aku sudah mengecewakan mami dan papi karena SNMPTN-ku gagal. Beruntung aku kemarin sempat mendaftar SIMAK UI di akhir-akhir masa pendaftarannya. Maka hari ini aku kembali mengikuti tes di Yogyakarta, tidak ada tes SIMAK UI di Solo.
“Jangan tidur lagi Di,” pesan papi sesaat setelah aku mencium tangannya sambil mengucapkan salam.
“Beres Pi,” kuacungkan jempolku. Aku sudah minum kopi tadi pagi. Aku melangkah dengan pasti ke tempat di mana aku tes.
Tes Kemampuan Dasar (TKD) kukerjakan dengan tenang.Jam dinding menunjukkan pukul 13.30 WIB ketika Tes Kemampuan IPS dimulai. Aku membuka-buka soal, mencari soal geografi. Dengan semangat kujawab soal-soal tentang bumi,iklim, dan sahabat-sahabatnya itu.
Mataku terpana melihat soal-soal ekonomi. Oke,aku bingung dengan semua ini. Hanya setahun di SMA kuhabiskan dengan ekonomi tapi tiga tahun kukecap fisika. Hukum Newton tidak bisa kupakai untuk menentukan laba-laba ini. Kulingkari 2 jawaban, kualihkan perhatianku pada sosiologi. Dan terakhir aku membaca soal-soal sejarah.
Mataku terpaku pada pertanyaan tentang Perang Dunia 1. Mendadak angin sepoi-sepoi AC menenangkanku.
“Lima belas menit lagi,” suara cempreng ibu-ibu berbaju merah muda kemayu itu menelusup pendengaranku. Kulingkari 3 nomor soal sejarah tanpa membaca soal,lalu udara dingin menusuk-nusuk kulitku. Ruangan tenang berkomplotan dengan AC untuk meninabobokkanku.
Aku melihat bunga kuning itu, wanginya kembali membuatku melayang /Kupaksa kedua mataku tidak terpejam, tapi rasa terbang dan melayang merayuku. Aku makin terkantuk hingga semuanya menjadi gelap.
Sudah bisa ditebak, kemarin aku tertidur lagi. Ibu-ibu itu membangunkanku. Rasanya aku ingin marah dengan bunga kuning itu. Aku menghela napas, semoga Tuhan yang kusembah itu berbaik hati padaku. Aku pulang dengan memasang wajah tenang, kurahasiakan scene tertidur di ujianku. Aku terus berdoa, berharap nasib baik menghujaniku hari ini
Pukul 7 malam dan aku masih tak berniat membuka web SBMPTN.
Hore! Komunikasi Unpad gue datang!
Kegagalan yang kedua kalinya. Semoga SIMAK lolos
Demi apa Kedokteran Hewan IPB gue?
Dan puluhan status yang merajai timeline Facebook, Twitter, bahkan smartphone-ku terus berdenting. Pemberitahuan update status di BBM, Line, dan lainnya. Sesungguhnya aku tidak berani. Tapi di satu sisi pasrah dengan semuanya.
“Gimana hasilnya Odi?” ujar mami. Aku masih menatap layar laptop yang menampilkan halaman login untuk mengecek aku lulus atau tidak.
“Belum dibuka? Sini mami yang buka. Mana nomor dan pin kamu?” dengan semena-mena mami mengambil alih laptopku. Kutunjukkan dengan jari nomor dan pinku. Aku mengalihkan pandangan dari laptop, pengecut sekali lelaki sepertiku. Tenang, masih ada SIMAK UI. Tapi, bukankah kemarin aku tidur juga? Kalau aku tidak lulus semuanya apa yang akan terjadi?
“Aaaaa... Odi diterima! Hore! Anak mami hebat,” teriakan mami membuyarkan pikiran negatifku. Aku menoleh,”Mami enggak usah bohong,”
“Ini lihat,” mami mengarahkan laptop ke arahku. Kubaca pelan-pelan. Pengumuman hasil SBMPTN 2014. 2122702048 Odilo Leon Andraya Kriminologi, Universitas Indonesia. Mataku terbelalak, lalu aku teringat bunga kuning yang melayang. Bukankah calon jaket almamaterku berwarna kuning terang?
(999 kata, 6089 karakter tanpa spasi)
Solo, 21 Juni 2014
Ossy Firstan
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!