#FlashFiction Seperti Tuan Chairil Anwar

Februari 05, 2016

Sekali berarti, sudah itu mati
Aku mau hidup seribu tahun lagi


Aku menatap penggalan potongan puisi Chairil Anwar. Diponegoro dan Aku.
Hai Tuan, jika dan hanya jika aku bertemu denganmu, ingin kutanyakan, sesungguhnya Anda mau yang mana? Ingin berarti sekali saja, sudah itu mati? Atau hidup seribu tahun lagi? Mohon jangan tertawakan aku yang mungkin tidak mengerti apa yang tersembunyi dari perkataanmu. Aku hanyalah seorang gadis polos yang bahkan baru mengenakan rok abu-abu pertengahan tahun lalu. Yang menemukan buku kumpulan puisi di perpustakaan karena dipaksa guruku untuk mengulas sebuah buku.  Sekarang, di meja belajar yang menghadap ke langit kelam suram hitam dan rinai hujan yang membabi buta, aku hanya termenung memikirkan dua penggal puisimu. Bedebahlah dengan tugas mengulas. Kukatakan saja buku itu nanti bagus, berisi kumpulan puisi paling kece sepanjang masa, diksinya sempurna, artinya ajib gila, ya sejenis itu.

Sekali berarti, sudah itu mati.
Tuan Chairil, jika itu yang Anda inginkan, Tuhan benar-benar mengabulkannya. Siapa sih yang nggak kenal Tuan? Bahkan puisi Doa sudah merangsek di buku Bahasa Indonesia sejak duduk di kelas empat. Dan Aku bersama binatang jalang selalu ada disebut guruku saat SMP dulu. Anda begitu berarti Tuan. Hidup singkat saja, Anda sudah menelurkan cahaya dalam dunia sastra.
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Tuan, Apa sesungguhnya yang Anda inginkan? Anda ingin berarti atau hidup lebih lama lagi? Sayangnya hidup itu pilihan, Anda tidak bisa hidup seribu tahun. Tapi berbahagialah Tuan, Anda berarti. Nama Tuan pernah disebut hampir seluruh siswa di negeri ini. Selamat Tuan.


Tuan, aku ingin berarti. Lalu mati cepat seperti Anda. Bagaimana?
Karena hidup lama-lama pun nampaknya tak enak Tuan. Dunia makin gila. Dunia makin seenak jidatnya. Uhm, maksudnya bukan dunia. Namun manusia dan segalanya. Aku tidak mau hidup seribu tahun, Tuan. Aku mau hidup berarti, sekali saja, lalu pergi. Akan tetapi bagaimana kalau aku tidak kunjung berarti sampai seribu tahun?

Ponsel pintar yang mulai membodohi manusia bergetar. Sebuah pesan di grup kelas terbaca. Disusul komentar teman sekelas yang riuh menyambut kabar bahagia.
X IPA 1
Dargna
Besok Bu Indira gak masuk. Tugas dikumpul Minggu depan. Selamat bersantai kawan.
Aira
Demi Apa ?
Gara
DEMIKIAN AKU MENCINTAIMU AIRA
Dargna
GARA!!!
Semiun
Gw mau nari hula-hula dulu.
Kala
Badan kayak cacing gitu nari hula-hula
Semiun 
Daripada bantet kayak lo Kala
Aira
Gara lo BERISIK! SPAM.
Padma 
Nyesel gw ngelembur dan batal nonton gegara baca Siti Nurbaya.
Aira
Cie Padma, sekarang bacaannya Siti Nurbaya
Gara
Aira, kalau lu Siti Nurbaya, gue Syamsul Najib ya
Padma
Syamsul Bahri kali Gara
Gara
Thanks Sister, Syamsul Bahri gue
Aira
Gapapa, ntar John Mayer Datuk Maringgih

Sekali berarti sudah itu mati. Aku ingin berarti sebelum mati. Tidak ingin hidup seribu tahun, atau mati mengenaskan seperti Siti Nurbaya.


TAMAT
 

You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram