12 April, ‘Meja Hijau’, dan Analogi Bingkisan Teman
April 15, 2016
Setelah melalui pergulatan yang penuh jumpalitan lalu dihempas jumpalitan lagi dihempas lagi akhirnya 12 April kemarin saya dimejahijaukan—sebuah istilah yang saja tujukan untuk sidang skripsi. Saya disidang bersama Latifa—kami membuat surat penelitian nyaris bersamaan, penelitian bersama, dan sidang bersama— dan Abwa. Saya tidak ingin menceritakan detail prosesi sidang, yang jelas cukup menyenangkan. Saya memertanyakan perasaan saya yang begitu datar. Datar sekali bahkan ujian PPL lebih mendebarkan. Jadi... dagdigdug dengan dada yang berdebar dan kecemasan saya itu muncul di hari Sabtu. Kemudian, mendadak saya tenang dan stabil sampai hari Selasa. Ipeh —panggilan nista dari Latifah— juga merasakan hal yang sama. Entahlah, tapi datar itu patut disyukuri sehingga saat presentasi dan menjawab pertanyaan dosen dapat berpikir jernih dan tidak terganggu debaran.
Dengan tulisan ini saya bermaksud mengucapkan terima kasih kepada dosen yang bersedia membimbing saya dan menguji saya tentunya. Jika tidak ada pembimbing tentu tidak ada yang meng-acc judul, mencoret-coret skripsi saya, mendorong saya untuk segera selesai, sedikit hempasan lalu jumpalitan, mendengarkan saya presentasi dan bertanya macam-macam saat sidang, bahwa tanpa dosen ya skripsi saya tidak ada.
Teman-teman yang ketika saya membuka pintu ruang sidang mereka ada menunggu kami bertiga sidang. Sedangkan saya punya pikiran apakah tidak membosankan menunggu teman sidang? Tapi saya mengapresiasi kalian, semoga kalian segera ‘dimejahijaukan’.
Baiklah. Saya hendak berbicara hal lain sebenarnya. Beberapa teman dekat memberikan saya bingkisan. Terima kasih untuk Naila, Eka Chan, dan Fathin untuk logistik—mie, susu, snack, permen, dkk— yang telah diberikan. Terima kasih juga untuk 132 keping Goodtime Double Choc Chocochips Cookies Opie a.k.a Pinyot yang tertulis disponsori salah satu swalayan padahal ya... tidak dibeli di sana—katanya sebuah satire atau sarkasme sebagai pencitraan. Dan Six untuk sebuket bunga yang untungnya bukan kembang setaman.
Sampai di kost dengan membawa naskah-naskah skripsi saya yang dikembalikan dosen, saya duduk di kasur dan berpikir. Membaca ulang kata-katanya dan otak saya—yang suka berpikir ke mana-mana— menganalogikan bingkisan mereka.
Ditarik kesimpulan bahwasanya teman akan memberikan apa yang dibutuhkan temannya dan mengesampingkan kekinian. Mereka akan memerhitungkan fungsi suatu benda. Apakah benda itu kiranya dapat digunakan atau tidak.

Dan Six. Perlu waktu lama untuk memikirkan analogi apa yang cocok. Mengingat orang sidang, wisuda dan lainnya akan diberikan bunga. Dengan ucapan,”Akhirnya Cici dapat bunga. Sun dulu.” Kening saya berkerut dan kembali datar hingga saya menemukan bahwa, Six memberikan ini sebagai objek latihan foto makro. Mengingat saat pengerjaan skripsi memotret jarang. Mungkin hanya beberapa kali itu pun tengah malam nyaris dini hari saya keluar dan memotret bulan.
Dalam logistik tersebut tidak ditemukan kopi. Agaknya mereka semua sepakat bahwa memberikan kopi pada saya dapat menimbulkan efek negatif seperti dari 2 gelas melihat kopi yang banyak, sudah begitu gratis lagi bisa membuat saya makin ngopi terus yang bisa berakibat tidak baik. Terima kasih.
Saya begitu kucel setelah sidang. Sebab sidang menjadi ajang olahraga di mana saya naik turun naik turun naik turun tangga. Bahkan Ipeh esok harinya berujar,”Os, kita kok kemarin enggak foto bertiga ya.”. Wedesh. Akibat kelelahan dengan satu dan lain hal kami tidak memikirkan untuk berfoto bertiga
Selanjutnya, berlatar belakang teori analogi kacangan—maaf jika masih bau-bau ngocehin paparan PPT— saya pun memberikan benda yang saya harap berguna untuk Six yang sidang tanggal 14 April bersama Tyar. Kami validasi instrumen bareng, membuat surat beda hari, dan sidang tidak jauh berbeda. Mendengar keluhan Six akan berat badannya yang turun yang mungkin akibat skripsi dan beredarnya ia di tengah malam saat saya buka LINE maka saya memberikan... susu.
Selamat yang Six dan Tyar. Ayo bersemangat menghadapi birkokrasi kampus demi yudisium wisuda! Semoga kita bisa wisuda bersama secepatnya.
Kakak Tyar, sesuai motto ‘Pantang Pulang Sebelum Sidang’ semoga urusan de-el-el cepat kelar dan kita segera pulang.
Untuk teman-teman, saya doakan kalian lancar ya. Seperti pada motto yang saya hapus karena kata Dosen saya itu lebih ke prinsip hidup : Setia manusia yang pasti mati, maka semua yang dimulai pasti diakhiri, begitulah Skripsi. ^^
Tertanda,
Tukang jarkom kuliah dan tukang fotokopi modul,
Ossy Firstan
K5112053
8 comments
like it, saya selalu suka baca tulisan Ossy,, hehe
BalasHapusselamat ya,, semoga saya juga bisa punya teman dan bisa menyusul segera,,
Haduh, tulisan remah-remah disukai saya jadi jumpalitan. Makasih Ney. Amin kudoakan lekas disidang ^^
HapusMantap kakak... doa.in ya kita segera menyusul secepatnyaa Aamiin...
BalasHapuskudoakan Ampri. Semoga PLB 2012 segera dimeja hijaukan, yudisium, dan wisuda. Amin ^^
HapusSelamat yaah pluto..
BalasHapus-Dit-
P.s. Aku cewek
Wkwkkwkkwk
Makasih. Ini @ditira di wattpad?
HapusIyaaa
HapusMaaf aku sok misterius
Semangat buat tulis menulismu yaah
Kukan selalu meninggalkan jejak di tulisanmu
Hehehehe
-D-
Terima kasih. Kamu nggak harus meninggalkan jejak, saya pikir.
HapusJangan ragu untuk berkomentar, kawan!