Tahukah, jika ketika saya sedang berkata, mengirimkan pesan berisi sesuatu yang sedang terjadi dan kurang menyenangkan, saya hanya ingin berbagi? Saya hanya ingin bicara. Saya hanya ingin seperti didengar. Cukup itu saja. Sebab selanjutnya saya tahu, saya harus apa. Sebab saya kadang hanya dalam tahap denial. Saya bukan minta nasihat.
And then, tanggapan yang tidak saya harapkan itu kadang membuat saya makin menjadi. Mau meledak. Saya cuma mau dimengerti. Oke, terdengar egois. Tapi kadang, saya cuma mau didengar tanpa interupsi atau tanpa wejangan. Dengarkan saja. Saya cuma mau lega.
Tolong, jangan bilang, “Yaudah sabar aja.”
Tolong jangan bilang, “Makanya berdoa. Kamu lebih dekat sama Tuhan dong!”
Tolong jangan bilang,”Udahlah, enggak usah mikir negatif. ”
Tolong enggak usah bilang,” Kamu enggak liat yang dibawah kamu?”
Tolong enggak usah bilang,” Kamu kurang bersyukur.”
Misalnya, “ Coba dong liat yang enggak kuliah, kamu beruntung udah kuliah.”
See? Kenapa saya harus membandingkan diri saya untuk sebuah kasus di mana tidak ada hubungannya? Saya enggak suka disalahkan ketika saya sudah tahu saya bisa jadi salah. Saya cuma mau didengar. Cuma itu. Dan mungkin lebih baik saya menulis saja, bicara ke diri sendiri saja. Saya bosan dengan tanggapan itu. Maaf merepotkan.