Masih mau ngancem orangtua?

Mei 30, 2017

Akhir-akhir ini, gue sering lihat berita yang mungkin kebetulan sejenis. Like, gue baca berita ada bapak-bapak yang beli HP dengan pecahan uang dua ribuan, karena anaknya nggak mau sekolah kalau nggak dibeliin android. Atau gue nonton 86 yang anak SD kelas 6, udah pacaran, main sampai tengah malam, dan kalau nggak dibolehin main, mengancam yang aneh-aneh. Berita-berita macam itu sebenarnya mungkin sering gue dengar dari dulu. Berita-berita semacamnya yang intinya banyak anak-anak yang meminta sesuatu ke orang tua tanpa sadar kemampuan orangtua mereka, banyak yang mengancam orangtua demi melakukan sesuatu yang salah. Hal-hal yang kadang bikin gue sedih dengarnya. Iya, nggak tahu kenapa, akhir-akhir ini gue mendadak jadi sensi dengan lingkungan sampai gue menutup twitter dan facebook demi kesehatan gue.

Gue bukan anak paling baik sedunia, gue juga masih kuliah dan masih diberi uang bulanan tiap akhir bulan. Gue masih menyusahkan orangtua gue dari segi finansial, menang lomba atau fee proyek nulis pun nggak seberapa. Mungkin gue nggak pantas mengkritisi mereka, dan belum tentu gue lebih baik dari mereka. Gue mungkin perlu bersyukur karena gue tidak pernah meminta, orangtua gue yang ngasih duluan, kalau mereka nggak kirim-kirim gue uang bulanan, mungkin memang sedang tidak ada dan itulah pentingnya gue untuk menabung. Tapi, dari kecil, gue selalu diajarkan, kalau gue mau sesuatu, gue harus usaha, kalau kurang, baru mereka bantuin. HP pertama gue, waktu SMP, adalah hasil tabungan lebaran, menang lomba waktu SD, dan gue jualan stiker yang kemudian ditambahin bapak gue. Kamera gue yang sekarang, setengahnya adalah hasil jualan buku bekas hampir setahun dan setengahnya lagi dari ibu gue. Mungkin dia kasian karena gue kehilangan kamera gue dari SMA. Gitu juga dengan HP yang sekarang gue pakai, HP gue rusak, ibu gue memberi sejumlah uang yang kalau gue mau lebih dari itu, pakai uang sendiri. Tetapi, gue merasa, gue nggak begitu butuh hp yang cetar, hp gue cuma J1 mini. HP apalah itu kalau dibandingin temen-temen gue. Gue sadar, gue bukan orang kaya, dan gue merasa jahat kalau gue meminta sesuatu yang mahal.

Dear, gue bukan mau menasehati atau apa, siapalah gue ini. Gue hanya ingin berkata bahwa sadar, lu itu siapa, dan siapa orangtua lu. Sadar, sebatas mana kemampuan orangtua baru lu minta. Orangtua mana yang nggak mau anaknya senang, orangtua mana yang nggak mau memberikan apa yang diinginkan anaknya, tapi sadar, kemampuan orangtua lu itu semana. Jangan meminta apa yang mereka nggak mampu, lu tahu, orangtua lu akan sedih ketika dia nggak bisa ngasih apa yang lu inginkan bahkan tanpa lu marah-marah. Tanpa lu sadar, lu-lu pada yang minta motor atau mobil di usia muda dan ngancem aneh-aneh padahal orangtua lu nggak mampu, lu udah memberatkan pikiran mereka. Bahkan, gue pernah dengar, ada bapak yang kena serangan jantung dan meninggal karena anaknya minta motor mahal dan ngancem yang aneh-aneh. Lu mau orangtua lu meninggal hanya karena itu? Lu yang ngancem-ngancem, emang lu udah ngasih apa ke orangtua lu? Apa sekolah lu bagus? Apa lu membanggakan mereka? Apa lu bantuin mereka di rumah? Lu sadar itu? Lu sama aja kayak demo-demo di depan istana negara, minta macem-macem, padahal bayar pajak aja kagak.

Orang-orang pada akhirnya nggak melihat lu dari kendaraan apa yang lu pakai, Hp apa yang lu pakai, baju apa yang lu pakai. Kalau lu memang mampunya 20, jangan maksa 30. Kalau teman-teman lu memaksa lu untuk seperti mereka, pikirkan lagi pertemanan kalian. Pertemanan nggak sepicik itu. 

Sudahlah, selamat puasa. 
Maaf kalau gue ber-lu-lu. Gue nggak bermaksud menuduh orang, nuduh lu, dan gue memang sering ber-lu-gue dengan diri sendiri. Dan, gue merasa lebih lepas kalau gue ber-lu-lu.

You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram