saya & Berita pilpres

Mei 13, 2014

Saya nggak pernah nonton tv di kost, sumber berita saya adalah jejaring sosial dan melototin situs berita online seperti detik,vivanews,metrotv,liputan6, dan kawan-kawannya.

Tapi hanya dengan membaca mereka, lama-lama saya jadi seperti alergi berita pilpres,berita pemilu, tentang pemerintahan dan politiknya. Saya malas membacanya. Papa saya pernah bilang ke saya untuk tidak terlalu apatis, tapi waktu itu keadaannya Kelud habis meletus dan maksud Papa adalah peduli dengan sekitar,dengan tanda-tanda alam, dan cuaca. Tapi saya pikir, saya punya sedikit apatis di diri saya.
Saya memang salah satu dari mereka yang golput kemarin, tidak benar-benar karena saya tidak peduli dengan negara ini atau tidak percaya pada orang untuk menjadi wakil rakyat. Tapi karena saya tidak memungkinkan untuk pula, dan jika mencoblos di kampus saya masih belum memiliki karmas setelah hilang -sampe sekarang itu karmas belum jadi- yang menjadi syarat. Baiklah itu sudah berlalu, 9 Juli saya Insya Allah sudah di rumah.

Balik lagi tentang berita. Kalau buka timeline FB isinya muter-muter di orang-orang yang mau jadi presiden. Hoax, gosip, fakta-fakta -yang entah benar atau tidak- ,saling menjatuhkan atau memuji, serta ribuan komentar yang kalau dibaca bikin ketawa .Ya, banyak yang jadi berantem sendiri membela orang-orang yang mereka jagokan untuk jadi presiden.
Jujur saya benci melihatnya. Saya benci dengan politik,meski tanpa kita sadari hal-hal yang kita lakukan bisa jadi tindakan politik. Saya benci tindakan menjatuhkan orang lain untuk mengangkat orang yang mereka bela. Saya benci melihat orang mengagungkan capres idolanya. Saya tidak suka.

Saya pernah ingin masuk kriminologi dulu,tapi kemudian salah satu hal yang membuat saya mundur selain karena saya minder takut nggak masuk UI adalah saya takut kriminologi akan belajar tentang politik. Karena saya hanya ingin belajar tentang kriminal aja ketika ingin jurusan itu,saya malas belajar tentang politik

Saya nggak tahu siapa yang akan saya coblos nanti. Tidak ada manusia yang sempurna, saya tahu. Tapi entah mengapa calon-calon yang bertebaran  tidak ada yang ideal atau setidaknya pantas menjadi presiden di mata saya. Seseorang yang wibawa dengan segala tetek bengeknya.

Maafkan saya Indonesia,bukan saya tidak cinta lalu alergi politik dan pemerintahanmu. Saya hanya bisa berdoa Indonesia menjadi lebih baik. Selalu

You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram