Kita terlanjur ada, dan setiap detik kita menua

April 11, 2015


Kita menua. Hari demi hari berlalu seperti seseorang yang menabur serpihan garam di jalanan. Jalan yang berkelok, menanjak, menurun, atau lurus. Kita menua, entah kita sadar atau tidak. Kita mungkin hanyalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan kuasa-Nya. Sekali tiup hiduplah kita. Entah kita pernah meminta untuk terlahir ke dunia atau tidak. Tapi kita terlanjur hidup dan akhirnya terpaksa menjalani hidup. Kita terpaksa menjalani skenario hidup yang penuh teka-teki. Seperti tiap hari membaca selembar novel tanpa boleh tahu lembar selanjutnya sekarang, kita bisa membaca cerita lampau namun tidak dengan masa depan. Kita bisa mengangankan masa depan, kita bisa merancang masa depan, tapi terkadang itu tak ada guna. Sebab kadang semua kembali pada-Nya, bukankah kita hidup sudah dituliskan akan bagaimana? Mungkin seharusnya kita tinggal menjalankan saja, sayangnya kita manusia yang diciptakan dengan punya segudang ingin, mimpi dan cita-cita. Tapi bukankah masih ada doa dan usaha untuk mengubahnya?


Kita menua tak berarti kita bertambah bijak atau dewasa. Sebagian dari kita tetaplah anak-anak yang terperangkap dalam tubuh yang terus tumbuh sampai masanya berhenti dan mulai rusak. Sebab tubuh adalah sekumpulan mesin dan sistem, yang akan rusak hingga berhenti di suatu hari. Sebagian dari kita menolak masuk dalam lingkaran manusia dewasa yang fana, palsu, penuh intrik dan pemburu napsu. Tapi sebagian lagi berusaha menjadi dewasa, memaksa diri menjadi dewasa atau berpura-pura dewasa. Tidak ada yang pasti akan hal ini, sebab hidup terlalu penuh teka-teki.


Kita menua setiap hari tanpa tahu apakah kita benar-benar bertemu masa dimana kita disebut orang tua. Bersama rambut putih dan kulit mengeriput, bersama tawa dengan gigi ompong, dan mungkin lupa dengan usia kita. Kita menua tanpa tahu dengan siapa kita menghabiskan waktu nanti, sebab kucing kesayanganmu mungkin tak bisa menua dan mati bersamamu.



Kita menua, setiap umur kita bertambah kebutuhan kita makin melimpah, keinginan kita tumpah ruah. Hingga kurva normal bicara. Bahwa keinginan akan terus menanjak hingga titik puncak kemudian perlahan menurun sampai dasar. Mungkin lama-lama kita melupakan segala hal yang pernah kita inginkan suatu hari. Mesin jahit listrik, oven listik, pelantang telinga,satu rumah penuh buku bagus, sampai kain lucu mungkin tidak berarti lagi namun hanya satu yang terus kita inginkan, apalagi kalau bukan surga?


Kita menua. Sebab terlanjur ada. Terlanjur hidup. Tak ada jual beli usia. Tak ada tukar nasib untuk 'pernah lahir' atau 'tidak dilahirkan'. Maka berusaha hidup sebaik-baiknya. Sebab hidup hanya sekali dan aku pun tak mau berkali-kali. Maka Tuhan yang baik, jadikanlah hidup kita berarti. Jadikan kita manusia yang berguna, yang berjalan dengan skenario baik dan berakhir baik.



Kita terlanjur ada, dan setiap detik kita menua.


11 April 2015

ossyfirstan

You Might Also Like

0 comments

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram