#JustWrite

Kelinci di Lubang Sampah

Februari 02, 2021

Jikalau dongeng selalu dimulai dengan kata-kata seperti 'pada suatu hari' maka anggap saja tiga kata itulah yang memulai cerita ini. Pada suatu hari seekor kelinci kecil berbulu kelabu melompat-lompat di sebuah taman. Matanya menjelajah rerumputan, melihat bunga warna-warni yang basah oleh tetesan embun.  Musim panas telah tiba, ia bermain di taman dengan riang gembira.

Semuanya terasa menyenangkan, sampai ia melihat lubang berdiameter sekitar 37 cm di pinggir taman, di bawah pohon mangga yang sedang berbunga. Separuh bagian lubang itu tertutup oleh besi tua berbentuk lingkaran yang penuh karat. Besi itu seharusnya menutup lubang rapat-rapat. Namun, siapa yang tahu kalau ada tangan usil yang menggeser besi karat itu untuk membuang "sesuatu". Kotak sampah mungkin terlalu jauh hingga lubang pun menjadi solusi. Manusia menciptakan kotak sampah, tetapi mereka pula yang malas menggunakannya. Ya, begitulah manusia, makhluk paling merasa benar sedunia.

sumber gambar

Kembali lagi soal kelinci itu, ia adalah seekor kelinci yang iseng. Kadang-kadang ia tidak berpikir panjang, mungkin karena telinganya tidak begitu panjang. Kadang-kadang ia memanjat pohon lalu menangis hingga pemadam kebakaran datang menolongnya. Aku basah kuyup karena melompat-lompat di bawah air mancur yang berada di tengah taman. Hari itu ia pun tidak menggunakan gumpalan jeli di kepalanya untuk berpikir. Sepertinya, setan impulsif sedang bersamanya tatkala ia masuk ke lubang itu. Lubang yang dalam dan gelap. Lubang yang menjadi penyesalan terbesar dalam sejarah 24 bulan hidupnya di dunia.

Lubang itu gelap, becek, sempit, dan seperti tak berujung. Kelinci itu tidak berani melompat setinggi biasanya. Ia mendadak menjadi siput, berjalan pelan, mengendap, dan memastikan tak ada apa pun yang melukai dirinya.

 Sampah memenuhi kanan dan kiri jalanan di dasar lubang. Bungkusan-bungkusan bergambar kacang, tumpukan baju, hingga tak lagi bergambar terlihat bergerak ke kiri dan kanan di dasar lubang. 

Mereka tampak hidup! 

Sayangnya, setiap badan kelinci itu terkena bungkusan yang melambai-lambai tertiup entah angin dari mana, badannya tergores. Kadang hanya goresan tidak berarti, tetapi sesekali darah mengalir dari tubuh si kelinci. Bulu kelabunya sudah tak lagi mengembang, perlahan ia menjadi kelinci menyedihkan.

Lubang itu tidak menyediakan makanan yang layak tentu saja. Apa yang bisa kau harapkan dari lubang sampah? Kelinci pun kadang menyesali, mengapa sudah tahu lubang sampah masih ia masuki? Mengapa ia terlalu iseng kala itu? Juga kenyataan bahwa mengapa yang ditanyakan tak akan mengubah kenyataan. Jikalau penasaran apa yang dimakan Si Kelinci, kadang-kadang ia menemukan apel nyaris busuk, sepotong wortel, atau sayuran layu. Mungkin, dari pembuangan sampah atau... entahlah. Kelinci tidak dapat berpikir apa-apa selain bagaimana cara keluar dari lubang keparat itu. Sekeras apa pun ia berteriak, pertolongan tak kunjung datang. Sekuat apapun ia mengeluh, se

Kian hari lubang itu semakin gelap. Semakin kelinci itu bergerak maju, semakin banyak keanehan menyengsarakan yang ia temui. Ada raja semut yang menggigit apa pun hingga tubuhnya tambun. Ada ratu semut yang mungkin saja terus berceloteh sambil mengeluarkan api yang membakar apa saja. Termasuk mengenai bulu kelinci itu. Kadangkala ada katak bertanduk hingga kecoa-kecoa yang tak pernah berhenti mempertontonkan aksi terbang berbagai gaya

Kelinci itu terus berjalan dan tidak kunjung menemukan pintu keluar. Badannya sudah kian kurus sebab tak terurus, bulunya rontok, matanya sendu, telinganya tak lagi tegak. Jauh di dalam hati Si Kelinci, sekalipun ia tak ingin berumur panjang, ia tak mau mati di dalam lubang keparat nan mengerikan. 

Hari ini Si Kelinci Abu tidak lagi berjalan. Ia  meringkuk di dekat tumpukan kulit pisang. Ia tak tahu apakah binatang juga boleh bertuhan. Atau Tuhan sudah tak anggap ia binatang, tetapi bagian dari sampah yang hidup di lubang pembuangan. Tanpa tahu apa salahnya, mungkin Tuhan sedang menghukumnya. Jika Tuhan suka menguji manusia dengan kesenangan dan kesedihan, Si Kelinci tidak mengerti mengapa ia tak pernah merasakan apa itu kesenangan sejak masuk ke dalam lubang. Mungkin Tuhan tidak ada bagi kelinci, hingga lupa memberikan kesenangan meski berada di kegelapan. Mungkin Tuhan juga lupa ada kelinci, sebab sampah-sampah ini menutupi. Namun, Si Kelinci masih yakin Tuhan baik hati termasuk pada kelinci. 

Kelinci itu terus berdoa, jika usaha tidak lagi bekerja, mungkin satu-satunya yang ia masih bisa lakukan hanyalah berdoa.

"Kalau aku tidak bisa keluar dari lubang ini segera, biarlah aku mati muda. Lubang ini begitu menyiksa. Bukankah Tuhan Yang Mulia tidak akan pernah kejam pada hamba-Nya?"


2.2.2021

Popular Posts

My Instagram