Micro teaching kelas E, bahwa menjadi murid nakal itu menyenangkan
Maret 18, 2015
bahwa menjadi anak nakal itu menyenangkan
Saya bukan penulis judul yang baik. Saya terbiasa menulis baru memberikan judul. Namun hari ini saya menulis judul dulu baru menuliskan isinya. Mungkin sembari berlatih menulis judul untuk skripsi. Baiklah, tanpa banyak berbicara tidak jelas, saya akan sedikit bercerita tentang Micro teaching kelompok saya.
Micro teaching kelompok E dimulai dari micro teaching untuk anak tunalaras. FYI, anak tunalaras adalah mereka yang memiliki gangguan perilaku dan emosi. Kadang orang melabelinya dengan sebutan anak nakal. Dalam micro teaching, ada yang berperan jadi guru, siswa dan pengamat. Dari 15 mahasiswa termasuk saya, 7 diantaranya saya berperan jadi murid. Mengapa ? Sebab saya suka. Menjadi murid tunalaras berarti saya harus berperan jadi anak yang disebut nakal itu. Anak yang mainan saat guru menerangkan, main kelereng, duduk di lantai, pukul-pukulan dengan teman, sampai melempari guru. Dan sudah nakal begitu dosennya bilang kami kurang nakal. Hingga semakin ke belakang, tingkat kenakalan 'siswa' semakin tinggi.
Banyak teman yang mengatakan saya cocok berperan jadi anak nakal di situ. Saya suka, sebab saya punya alasan yang akan saya sampaikan di tulisan ini. Sebab saat SD saya bukan tipe anak nakal. Oh, saya adalah anak baik-baik dan penurut dahulu. Di luar kejadian luar biasa (anggap ini DBD) saat kelas 1 SD. Oke, saya pernah loncat dari jendela setinggi 1,5 meter. Tapi ada alasan mengapa saya melakukannya. Saat itu, beberapa guru yang saya lupa entah siapa membicarakan kaki saya saat senam. Dan itu menyakitkan. Saya tidak pernah mengatakan pada orangtua saya mengapa saya melakukan loncat dari jendela dan pulang ke rumah. Baiklah, hentikan mengingat masa lalu itu.
Saya suka berperan jadi anak nakal sebab itu mengasyikan. Ketika dosen saya yang sebenarnya tidak memarahi saya menghentak-hentakkan kaki, ketika saya dibebaskan melempari teman, ketika saya boleh berkicau semau saya. Ketika hal-hal yang nakal itu malah dianjurkan. Saya senang melanggar peraturan di kelas yang dulu ketika kecil tidak saya lakukan. Maka saya bukan sedang menyusahkan teman yang jadi guru, saya hanya membantu kalian dengan menjadi murid nakal. Walau saya rasa nakal saya belum maksimal. Sebab mungkin saja, kalian akan menemukan yang lebih parah dari kami yang jadi siswa tadi.
Terima kasih untuk hari ini, semoga hasil praktek kita tadi memuaskan.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!