Setoples Kopi dan Usia, analogi absurb versi saya.
Maret 12, 2015Sebelumnya, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk kalian yang mengucapkan selamat ulang tahun dan serangkai doa yang kalian berikan pada saya. Meski saya sampai saat ini tidak mengerti mengapa sebuah perayaan kelahiran diberikan selamat, padahal nyatanya alarm tanda kematian makin erat dan dekat, tetapi terima kasih telah sedikit peduli pada saya. Dan semoga Tuhan mengabulkan doa yang kalian berikan
this picture from pinterest |
Semakin hari saya sadar saya semakin tua, yang berarti semakin sedikit waktu saya di dunia. Usia kita tidak pernah bertambah. Usia kita berkurang. Mungkin angka 19 lalu berubah menjadi 20, dst terlihat seperti bertambah. Namun sejujurnya tidak.
Saya menganalogikan usia kita saat lahir adalah setoples kopi. Penuh. Selama 365 hari, kita menabung butiran-butiran kopi yang seperti debu itu pada sebuah sendok. Dan setiap kejadian bernama 'ulang tahun' adalah sebuah perayaan atau terbuangnya satu sendok penuh kopi.Kita lakukan itu berulang-ulang, tiap tahun. Setiap orang punya toples yang berbeda, hal ini bergantung pada Tuhan. Seberapa banyak Tuhan memberi kita kopi disaat kita diciptakan berbanding lurus dengan berapa kali kita membuang sesendok kopi.
Bagaimana kita hidup adalah seperti bagaimana kita mempergunakan sesendok kopi itu. Saya berpikir, hidup yang berguna adalah ketika satu sendok itu masuk ke dalam secangkir kopi. Ketika sesendok kopi itu dimasukkan ke dalam kantung dan diletakkan di kulkas untuk mengusir bau. Disaat sesendok kopi itu bercampur dengan susu dan dioleskan ke wajah untuk masker. Dan lainnya, selama sendok kopi itu berguna.
Tapi kadang tak setiap hari kita berguna, atau justru menyusahkan. Saya pikir, itu seperti momen dimana beberapa serbuk kopi (saya bingung menyebut butiran halus kopi itu apa) kita terbuang percuma, jatuh ke lantai, hingga yang merugikan seperti tumbah di kemeja putih di hari Senin yang sibuk.
Waktu bergerak memakan habis usia, harapan saya bukan berumur panjang tapi bukan berarti saya tak ingin umur saya panjang.Tapi begini, mari kembali membicarakan kopi.
Jika ada dua toples kopi, toples pertama berukuran besar namun tiap sendoknya sering tumpah, mengotori baju, terbuang di selokan, membuat orang keracunan dan toples kedua, berukuran lebih kecil, namun tiap hari ada orang yang tersenyum tiap meminum kopi itu, membuat wajah seorang gadis mulus karena maskeran dengan kopi itu, dan kopi itu jarang tumpah. Saya akan memilih toples kedua. Sebab hidup bukan perkara berlama-lama di dunia, tapi memberikan arti dan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Setidaknya untuk diri sendiri dan keluarga.
Semoga saya bisa selalu bermanfaat untuk lingkungan selama saya hidup, tidak memberi beban nestapa apalagi menyusahkan dan membuat masalah. Doakan saya.
Sekian.
Saya, seorang manusia yang baru membuang sesendok kopi ke cangkir kopi dari toplesnya.
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!