Tukang becak, ibu-ibu, dan lima belas ribu
Desember 26, 2014
Hari ini saya ke stasiun , mencetak tiket. Sebenarnya tiket bisa dicetak 1 jam sebelum keberangkatan, cuma untuk memberi rasa aman saya pergi ke stasiun tadi. Dari stasiun Purwosari, saya berjalan ke Solo GrandMall. Niatnya sih mau liat-liat diskon akhir tahun, tapi bukan itu yang akan saya bahas. Lelah berjalan dari Sta.Purwosari ke depan GM, saya memilih duduk sambil minum air putih dan mengudap 2 arem-arem yang saya beli di hik. Sambil makan saya memperhatikan jalan, hingga sebuah becak berhenti di depan saya, menurunkan seorang Ibu dan putrinya yang mungkin SMP atau SMA.
Tukang becak itu meminta 15 ribu. Saya sendiri kurang tahu dari mana mereka, tapi sependengaran saya si ibu menyebut-nyebut Paragon. Cukup jauh dan berpeluh untuk mengayuh becak di cuaca terik dengan 2 manusia di becaknya, ditambah si bapak sudah tua. Si Ibu tidak mau membayar seperti yang diminta si tukang becak, ia mengeluarkan uang yang saya sendiri kurang tahu berapa, namun sepertinya jauh dari lima belas ribu. Si Bapak Becak tetap teguh pada lima belas ribu dan si ibu kekeh nggak mau bayar segitu. Hingga si bapak becak mengayuh becaknya dan pergi meninggalkan ibu-ibu tadi. Bapak itu memilih tidak dibayar sekalian daripada dibayar rendah. Bapak itu mungkin kecewa, bisa saja si ibu adalah pelanggan pertamanya hari ini. Atau bapak itu sesungguhnya pergi lalu berharap si ibu mengejar dan membayar sesuai keinginannya. Entahlah, yang jelas saya miris melihatnya. Terlepas lima belas ribu itu kemahalan atau tidak.Si Ibu hanya kebingungan, lalu berkata,"Yoweslah," sambil memasukkan uangnya dan pergi. Tidak ada yang bisa membaca pikiran, jadi saya tidak tahu apakah si ibu merasa senang naik becak 'gratis' atau merasa bersalah.
Saya tidak bisa berbuat banyak, seperti di bioskop, kejadian itu sekelebat lewat dan saya hanyalah penonton. Bapak itu melaju kencang dan seketika menghilang bersama marahnya. Dan selepas ibu itu pergi para tukang becak lain berkomentar. Ada yang bercanda 'duitnya untuk aku saja', atau 'aku juga gak mau dibayar gak segitu'. Saya harap si bapak becak mendapat rezeki yang cukup hari ini, dan esok.
Satu pelajaran yang saya petik tentang naik becak, rundingkan harga sebelum pergi. Sebab kejadian tadi begitu tidak mengenakkan.
Ossy.
Perempuan yang duduk di bawah pohon sambil makan arem-arem tadi siang
0 comments
Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!