Lelaki yang Menginginkan Tulang Rusuknya #cerpen
Desember 19, 2014Gambar dari WiseGeek |
Dan wanita berasal dari tulang rusuk lelaki. Maka Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan berpasangan, maka carilah tulang rusukmu lelaki. Karenanya...
Land menutup buku tebal bersampul linen merah yang ia ambil tanpa melihat judulnya tadi. Hari ini ia ke perpustakaan kota, bukan untuk membaca sebenarnya. Land hanya ingin lari dari kehidupan ruwetnya di rumah, di kantor, dan di klub sepakbolanya. Land memejamkan mata, perlahan-lahan ia menarik napas dan menghembuskannya. Otaknya bekerja, berusaha mencerna kalimat yang tadi dibacanya. Lalu ponselnya bergetar membuyarkan pikiran. Land berjalan meninggalkan perpustakaan kota dan buku merah tua.
*
Maka sesungguhnya aku kehilangan rusukku. Tubuhku tak lengkap, aku tidak normal. Ya, aku cacat. Ada tulang yang hilang. Aduh, aku harus bagaimana ?. Suara-suara di pikiran Land terdengar. Sebaris kalimat di buku merah itu masih saja mengusiknya. Land memandang Ben, rekan kerjanya yang sedang menyesap kopi hitam.
“Ben, kamu sudah menikah bukan ? Bagaimana keadaan tulangmu?” tanya Land. Ben mengerutkan dahi, bola matanya kemudian bergerak ke kiri. Lalu tawanya berderai berganti Land yang kebingungan.
“Kumohon jangan tertawa Ben. Ini masalah serius, tulangmu hilang! Bukan,tulangku yang hilang.”
“Landon, itu hanya perumpamaan. Kiasan. Tulangku lengkap, buktinya aku bisa bergerak sesukaku, tidak ada kesulitan. Jadi jangan konyol!” sahut Ben sambil megangkat gelas kopinya lalu pergi meninggalkan Land bersama setumpuk kertas di tangan. Land mematung.
*
“Apa ? Kau rontgen segala demi memastikan tulangmu lengkap ? Gila... kau gila!” tutur Bu Posan, atasan Land setelah tahu lelaki berahang tegas dengan mata elang itu terlambat hari ini. Land pagi-pagi ke rumah sakit swasta terbaik di kota untuk memastikan tulang rusuknya baik-baik saja.
“Lalu bagaimana ? Jumlah rusuk kau kurang hah?” tanya Bu Posan lagi. Land menggeleng. Ya, lehernya bergerak ke kiri dan kanan. Tapi hatinya meracau, Land merasa kehilangan. Land merasa ia cacat sekarang. Bu Posan tertawa kecil, lalu dengan tangannya ia menyuruh Land kembali ke kubikelnya.
Land memandangi hasil rontgennya tadi. Tulangnya ada, tulangnya tidak hilang, dihitung sebelas kali jumlahnya tetap sama. 12. 12 pasang tulang rusuknya. 7 pasang rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu dan 2 pasang rusuk melayang.
Lalu darimana omongkosong lelaki kehilangan tulangnya? Lalu untuk apa menikah kalau tulangku tidak hilang. Lalu apa buku merah itu pendusta? Oh, aku harus segera kesana. Ya, membaca kembali buku itu.
“Aku izin ke perpustakaan kota,” sahut Land pada Bu Posan. Wanita gempal berkacamata bulat dan rambut keriting sebahu itu menyipitkan mata.
“Aku... ada buku yang harus kubaca. Sekarang.”
“Pekerjaanmu?”
“Sudah selesai semua. Ya. Sudah selesai semuanya,” sahut Land mantap. Bu Posan mengangguk, lalu dengan ujung jarinya ia mengisyaratkan Land pergi. Secercah senyum tersungging di wajah Land. Asal kau tahu, Land itu tampan!
Sesampainya di perpustakaan kota, Land menuju lantai tiga, mencari buku bersampul kain linen merah. Buku yang menguning dengan bau khas buku tua.
Dan wanita berasal dari tulang rusuk lelaki. Maka Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan berpasangan, maka carilah tulang rusukmu lelaki. Karenanya hidupmu takkan lengkap jika tulang rusukmu hilang. Carilah. Temukan. Dan kau akan lebih bahagia. Tulangmu itu ...
Land menutup lagi buku merah itu. Lalu menuruni tangga menuju lantai dua, mendekati rak buku-buku kedokteran. Mengambil setumpuk buku, tentang tulang belulang tentu saja. Diambilnya buku teratas. Sampulnya berwarna hijau bertuliskan ortopedi. Land membukanya perlahan, mencari bab tulang rusuk disana.
“Halaman 127... halaman 127,” ujarnya sambil membuka buku dengan cepat.
Tidak ada perbedaan antara tulang rusuk perempuan dan laki-laki. Semua manusia memiliki 12 pasang tulang rusuk, meski 5% manusia ada yang memiliki tulang rusuk tambahan.
“Tidak adakah informasi berapa panjang masing-masing tulang rusuk ?” Land bicara sendiri sambil mengambil buku kedua. Tidak ada keterangan panjang tiap rusuk. Ya, tidak ada. Semua buku tidak menjelaskan berapa panjang tulang rusuk, kebanyakan membicarakan panjang tungkai atau tulang paha. Dengan berat Land menghembuskan napas sebelum pergi pulang.
*
Land mengeluarkan penggaris dan meteran dari rak perkakasnya. Membawanya ke meja makan bersama hasil rontgen yang terbentang. Land duduk di depan gambar rusuknya, dengan meteran ia mengukur satu persatu tulangnya. Lalu Land menuliskan hasil pengukurannya di block note kucel.
“Aku merasa tulangku kurang panjang. Dan sepertinya memang ada yang hilang. Ya, harus kucari tulangku,” sahut Land memandangi deretan angka-angka yang ia tulis. Lalu sebuah ide terlintas, seringai mewarnai wajah Land. Kini ia tahu, apa yang harus dilakukan. Apa lagi kalau bukan mencari rusuknya yang hilang?
*
Raya terpaku memandang lelaki itu, lelaki yang ia yakini bukan seorang pemulung atau orang terlantar. Raya yakin itu, kemeja biru muda yang tampak sederhana namun berkelas itu pernah ia lihat di majalah fashion ternama. Pun dengan jam yang melingkar di tangan kanannya. Lelaki itu mengaduk-aduk tulang belulang yang terkumpul di belakang pasar daging. Lalu ia teringat percakapan lelaki itu dan Pak Samin.
“Apa tulang-tulang sapi ini Anda simpan ?” tanya lelaki itu pada Pak Samin, penjual daging langganan Raya.
“Nggak , Bang. Gue buang noh di belakang pasar.”
Ya, lalu lelaki itu bergegas ke belakang pasar dan Raya mengikutinya. Tentu setelah membeli sekilo daging sapi pilihan pesanan Bunda.
“Sedang apa kamu ?” tanya Raya.
“Mencari tulang.”
“Tulang ? Untuk anjingmu ? Kenapa tidak dibelikan daging saja ?” tanya Raya. Lelaki itu tidak menjawab. Dengan ranting ia terus mengaduk-aduk tulang belulang para sapi yang dagingnya mungkin sudah jadi tai. Raya masih diam memandangi lelaki itu. Ia merasa lelaki itu memiliki magnet, membuatnya ingin terus memandangi wajahnya. Oh bukan... Raya yakin dia sedang tidak jatuh cinta. Tidak ada kata cinta dalam kamusnya.
“Aku mencari tulang rusukku.”
“Hah ?”
“Ya. Aku mencari tulang rusukku. Aku merasa tulang rusukku kurang. Kupikir disini aku bisa menemukan tulang sebesar tulangku yang hilang,” lelaki itu menjelaskan. Raya merinding mendengarnya.
“Kamu pikir kamu sapi ? Kalau kamu manusia, maka tulang rusuk yang kamu cari harus tulangnya manusia,” ujar Raya. Lalu ia berbalik dan memutuskan pergi. Baru beberapa langkah, lelaki itu berteriak ‘hei’. Raya menoleh.
“Siapa namamu ?” teriak lelaki itu.
“Raya. Kamu ?”
“Land.”
Raya mengangguk, mengulas senyum termanisnya lalu kembali berbalik dan berjalan pergi. Land terdiam. Ada degug kencang di dadanya. Jam tangannya menunjukkan pukul 7 pagi, dan ia harus segera ke kantor sebelum Nona Gurita bernama Bu Posan ngomel karena ia terlambat lagi.
*
“Ben, aku mau tanya. Kalau ada perempuan lalu dadaku jadi deg-degan itu kenapa ya?” tanya Land. Ben yang sedang mengetik laporan bulanan menoleh, memandang Land lalu tertawa.
“Landon. Kamu bodoh atau apa sih ?”
“Oke. Aku bodoh. Aku bodoh.”
“Itu jatuh cinta, Dude.,”
“Jatuh cinta ?” Land mengulang jawaban Ben. selama ini Land tidak percaya cinta dan tentu tidak mau mempercayainya. Bagi Land, cinta hanyalah akal-akalan manusia. Sebuah kebohongan besar yang diciptakan untuk memuaskan napsu biologis mereka atau bualan hampa demi tetap adanya makhluk bumi.
“Oh ya, kemarin kamu bilang tulang-tulang rusuk kan ? Mungkin aja itu tulang rusukmu,” ujar Ben lalu kembali memutar kursi menghadap komputer dan melanjutkan kerjanya. Land ikut-ikutan memandangi komputernya, tapi otaknya mengingat Raya. Mencerna kalimat Ben.
Jika Raya tulang rusukku, maka dia pencuri. Dia yang membuatku tidak lengkap. Dia yang membuatku cacat. Kenapa Tuhan memberikan tulangku padanya. Apa karena Raya cantik, lalu kasihan kalau tidak punya tulang rusuk, maka Tuhan sekenanya mengambil tulangku ? Aku tahu Tuhan baik, tapi kenapa harus ambil tulang rusukku.
*
Seminggu kemudian.
Land berdiri di samping Pak Samin. Ia beri lelaki itu beberapa lembar uang seratus ribu agar membiarkannya berdiri di lapak daging sapinya. Pak Samin senang-senang saja, sebab hari ini pelanggannya bertambah. Gadis-gadis muda yang tidak pernah beli daging mendadak membeli daging sambil menggoda Land. Dan Land selalu menjawab godaan dengan seringai kecil. Para gadis itu menganggap seringai Land seksi, padahal bagi Land seringai itu adalah ejekan. Perempuan kadang tidak bisa membaca ‘kode’ dengan baik, pikir Land.
“Dia biasanya datang jam enam tiga puluh, Mas Landon. 5 menit lagi,” sahut Pak Samin sambil memisahkan lemak dan daging dengan pisau yang bisa mengiris nadi Land dalam hitungan detik. Land mengangguk, lalu tersenyum memandang gadis dengan dress hijau selutut yang berjalan mendekati kios Pak Samin.
“Pak, seperti biasa ya,” sahutnya. Pak Samin mengangguk, Raya memandang Land dan tersenyum.
“Kamu beli daging ?”
“Enggak. Aku nunggu kamu. Ada... ada yang mau aku bicarakan,” jawab Land. Raya menaikkan alis, lalu tersenyum. Entah mengapa Raya senang bertemu Land hari ini.
*
“Aku... dadaku berdegug kencang tiap melihat kamu. Temanku bilang, mungkin kamu tulang rusukku yang hilang.”
Mata Raya terbelalak mendengar ucapan Land. Ia tidak menyangka lelaki yang seminggu ini berputar-putar di mimpinya secepat itu mengatakan perasaannya.
“Lantas kamu mau apa?”
“Aku mau tulang rusukmu.”
“Berarti kamu mau aku ? Kamu mau kita menikah begitu? Agar tulangmu lengkap ? Benar ?” ujar Raya memastikan. Land diam, bingung menjawabnya. Otaknya dipenuhi pertanyaan. Apa ia perlu menikah ? Apa dengan menikah tulang rusuknya yang hilang bisa muncul atau ada ?
“Aku mau rusukku lengkap.”
“Rusukmu lengkap kalau kamu menikah,” ujar Raya mantap. Land kembali terdiam. Lalu keheningan menyergap diantara mereka. 62 menit mereka saling diam. Raya hanya memutar-mutar cangkir tehnya, Land mengaduk-aduk kopinya hingga tidak ada lagi panas disana. Keduanya berpikir, keduanya tenggelam dalam perbincangan otak masing-masing.
“Baik. Kunikahi kamu,” ujar Land. Raya terkejut, mulutnya terbuka dan ia terdiam sepersekian detik. Land betul-betul lelaki penuh kejutan, pikirnya. Apapun kulakukan demi tulang rusuk yang lengkap, ujar Land dalam benak.
“Ya.” Jawab Raya.
*
Dua bulan kemudian.
3 hari yang lalu, Raya dan Land menikah. Meski orangtua Land kaget putranya memutuskan untuk menikah padahal dahulu menghujat cinta habis-habisan, dan orangtua Raya senang sebab gadisnya bisa move on dari mantan pacar jalang.
“Aku mau ke dokter. Aku mau rontgen,” jawab Land saat sarapan. Land ingin segera mengetahui, adakah tulang yang tumbuh di rusuknya atau mendadak jumlah tulang rusuknya bertambah. Raya mengangguk. Membiarkan Land pergi tanpa kecupan kecil di pipi atau dahi seperti yang ia lihat di film-film.
“Tidak ada penambahan tulang rusuk, Pak. Tulang rusuk Anda tetap 12 pasang,” ujar dr.Adrian. Dokter spesialis ortopedi terkenal di kota ini. Land menggeleng. Tidak mungkin, aku sudah menikah. Mana mungkin tulangku masih sama jumlahnya.
“Kalau tanda-tanda pertumbuhan tulang?”
“Bapak Landon, usia Anda sudah 27 tahun. Tidak ada lagi pertumbuhan tulang.”
“Tapi saya sudah menikah, Dok.”
“Tidak ada hubungan menikah dengan tulang Anda.”
“Katanya lelaki yang menikah berarti telah menemukan tulang rusuk yang hilang. Gimana sih Dok?” sangkal Land. Dokter Adrian tersenyum. Lalu menggeleng sambil berkata itu hanya kiasan. Namun Land tidak percaya, Land yakin seyakin mungkin bahwa tulangnya akan bertambah. Tulangnya yang hilang akan kembali.
Sambil berjalan pulang Land masih berpikir. Lalu ia memutuskan menunggu tiga bulan. Mungkin saja setelah itu ada tanda-tanda tumbuhnya tulang yang hilang.
*
Tiga bulan kemudian
Land menjambak rambutnya, menendang kaleng softdrink di depannya, membanting pintu mobil dan melempar hasil rontgen terbaru.
“Pak Landon, tidak mungkin ada tulang baru yang tumbuh kalau usia Anda sudah 27 tahun.”
Ucapan dr.Adrian terus menggema.
Lalu pertanyaan-pertanyaan bersirobok di otaknya. Mengalun bersaut-saut.
Untuk apa aku menikah kalau tulangku tidak tumbuh ?
Apa Raya belum memberikan tulangnya padaku ?
Apa Raya tidak mau mengembalikan tulang yang semestinya milikku ?
Dan dengan kalut Land mengendarai mobilnya pulang. Senyum Raya menyambut Land datang, tapi wajah beku yang Raya dapatkan.
“Kembalikan tulangku pencuri!” teriak Land.
“Tulang ? Tulang apa ? Jangan gila Land!”
“Gila. Bagus, sekarang bahkan kamu mengatakan suamimu gila. Kembalikan tulang rusukku Raya! Kamu sudah mencurinya!”
Raya menggeleng. Ia tahu bahwa perempuan mencuri tulang rusuk hanyalah rekaan belakang. Hanyalah perumpamaan yang diucap pujangga. Bukan makna sebenarnya.
“Kembalikan Raya!”
“Aku tidak mencuri tulangmu. Tulangku juga 12 pasang sepertimu. Kamu sudah lihat hasil rontgen-ku kemarin dulu bukan?” ujar Raya pelan. Land menggeleng.
“Aku tidak pernah mencuri Land, percayalah. Itu hanya kiasan,” Raya berusaha meyakinkan. Tapi Land tidak mempercayainya. Land berlari ke dapur, Raya mengikutinya. Diaduk-aduknya laci perkakas.
“Kamu cari apa ?”
“Pisau.”
“Apa?”
“Aku cari pisau! Kamu tuli,” bentak Land. Lalu mengeluarkan sebuah pisau dari laci itu. Pisau bersarung kulit kecoklatan. Dengan hati-hati Land membuka sarung kulit itu, mengeluarkan sebilah pisau yang licin. Pisau yang sama dengan pisau Pak Samin. Yang secepat kilat dapat memutus nadi siapapun.
“Kamu...ka... kamu mau a... apa?” terbata Raya bertanya. Land menyeringai, seringai yang sama dengan seringai yang ia suguhkan pada gadis-gadis pemujanya di kios Pak Samin dulu.
“Ja... jangan gila,” ujar Raya. Perempuan itu mundur perlahan dan Land mengacungkan pisaunya. Land hanya ingin rusuknya.
“Tidak ada rusuk yang kucuri Land. Kamu harus percaya. Itu hanya buat-buatan manusia,” dengan cepat Raya bicara. Land tak mau tahu, yang ia inginkan hanyalah rusuknya kembali. Raya berbalik dan berlari kencang, namun Land mampu menangkapnya.
Dan selanjutnya, Raya hanyalah nama yang pernah hidup ke dunia. Nyawanya telah mengangkasa bersama malaikat pencabut nyawa. Di samping tubuhnya yang membeku kaku, lelaki itu membedahnya. Land menghitung tulang rusuknya, lalu ia menangis sebab tulang rusuk Raya sama dengan miliknya.
“Kamu tidak mencuri tulangku. Maafkan aku,” dengan tangis sedu sedan ia menatap tubuh Raya yang sudah tak karuan. Land menjerit—jerit. Land ingin Raya kembali, Land ingin Raya, bukan tulang rusuk yang bertambah di tubuhnya.
*
Seorang lelaki duduk termenung di kursi goyang di depan rumahnya. Memeluk rangka rusuk istrinya. Tidak ada hukuman penjara untuk orang sepertinya. Lelaki itu menangis sambil menciumi tulang itu. Ia tahu bahwa itulah tulang rusuk yang selama itu ia cari. Ia sadar bahwa seharusnya ia membiarkan dirinya hidup bersama pemilik tulang itu.
Kursi itu semakin bergoyang kencang, lelaki itu makin mempererat pelukannya. Sesungguhnya ini kesalahannya, tidak tuntas membaca buku merah itu. Seandainya ia membaca semuanya. Dan seandainya adalah kata tertolol dalam sejarah penyesalan manusia.
Dan wanita berasal dari tulang rusuk lelaki. Maka Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan berpasangan, maka carilah tulang rusukmu lelaki. Karenanya hidupmu takkan lengkap jika tulang rusukmu hilang. Carilah. Temukan. Dan kau akan lebih bahagia. Tulangmu itu pasanganmu. Yang kau cari adalah wanita untuk kau sayangi, bukan tulang belulang mereka. Sebab pencurian tulang lelaki oleh wanita sesungguhnya hanya kiasan, perumpamaan agar memberi kesan.
Surakarta, 20 Desember 2014
9:31
Surakarta, 20 Desember 2014
9:31
1 comments
Bang ijin comot buat tugas sekolah mencari cerpen boleh gak?
BalasHapusJangan ragu untuk berkomentar, kawan!