Saya akan pulang esok hari. Maka saya memutuskan memulai packing. Tidak banyak yang saya bawa, hanya kain, buku&komik (sekitar 10), pakaian dalam dan beberapa buah kaos. Ya,itu saja bersama gadget saya.
Saya masih bingung antara memakai carrier atau membawa tas kuliah dan 1 tas lain. Yang jelas, packing saya hentikan karena saya kebingungan. Karena ada beberapa barang yang belum bisa dimasukaan karena masih saya gunakan.
Baiklah saya harus tidur. Besok saya berencana ke perpustakaan, lalu membeli kudapan untuk pulang (karena beberapa saya makan -.-) dan packing benar-benar packing!
The drought was the very worst
When the flowers that we'd grown together died of thirst
It was months, and months of back and forth
You're still all over me like I wine-stained dress I can't wear anymore
Hung my head, as I lost the war, and the sky turn black like a perfect storm
Rain came pouring down when I was drowning
That's when I could finally breathe
And that morning, gone was any trace of you, I think I am finally clean
There was nothing left to do
And the butterflies turned to dust they covered my whole room
So I punched a hole in the roof
Let the flood carry away all my pictures of you
The water filled my lungs, I screamed so loud but no one heard a thing
Rain came pouring down when I was drowning
That's when I could finally breathe
And that morning, gone was any trace of you, I think I am finally clean
I think I am finally clean
Said, I think I am finally clean
Ain't no doubt about it
No way to hide that sort of thing
Now I’m waiting for something better
Ain't nothing better worth imagining
I, I keep on running
I’m building bridges that I know you never wanted
Look for my heart
You stole it away
Now on every single road that I could take
Listen, I want you to burn my bridges down
I said, I want you to burn my bridges down
Set me on Fire
You set me
Set me on Fire
You can burn my bridges down
Berlari ke hutan
Di kejar macan
Tewas diterkam tinggal namaku di batu nisan
Berjalan ke laut biru
Lepasjaket aku berenang
Dimakan paus biru
Aku hilang
Terserahlah
Lenyapkan saja aku sekarang
Saya mengantuk
Saya lapar
Saya masak nasi
Saya tidur
Saya bangun
Saya masih mengantuk
Saya minum kopi
Saya bernyanyi-nyanyi
Saya mencuci muka
Saya memasak nasi goreng
Saya tidak lagi mengantuk
Tapi saya sudah tidak lapar
Nasi goreng belum dimakan
Mampus kau dimakan hiu!
Laut ganas kau ajak bercanda
Mampus kau dilalap api
Kerosin kau ajak mandi
Mampus kau digilas besi
siapa suruh tidur di rel kereta api
Mampus kau tak kenal diri
Siapa suruh menipu diri
kemudian runtuhlah semua
bersama yang padam
dan yang terbakar
dan kau berlari
dari api yang membara tinggi
luka itu kau bawa pergi
sudah habiskah manisnya hidupmu?
hingga di ujung jurang kau membuat janji
bersama cahaya pencabut nyawa
#tweetentahkapan
Saya jarang membeli baju. Kalaupun ya, yang saya beli adalah celana dan kaos. Selebihnya, saya membeli kain, menggambar sesuka saya (yang untungnya dimengerti tukang jahit), dan membawanya ke tukang jahit.
Ada banyak alasan kenapa saya lebih suka menjahitkan baju
1. Saya kurang begitu suka dengan baju-baju yang beredar di pasar pada umumnya, kalau ada baju yang saya suka, harganya membuat saya mengelus dada.
2. Saya nggak suka disama-samain. Beli baju apalagi yang barangnya sangat pasaran bikin saya nggak nyaman.
3. Badan saya kurus. Daripada ngabisin 10-15 ribu untuk ngecilin baju, kenapa nggak sekalian saya jahitin baju aja ?
4. Saya selalu gemes liat kain menggemaskan meskipun nggak membelinya. Setiap liat katalog baju di asos, modcloth, dsb yang ada dipikiran saya bukan membeli mereka, tapi menyimpan gambar-gambarnya, siapa tahu jadi inspirasi.
5. Lebih murah. Ini bagi saya ya. Emang sih tergantung kainnya. Misal kain katun udah lumayan bagus, semeter 22k, 1,5 meter 30ribuan, sama ongkos jahit 25k. total 55k. Ini lebih murah kalau saya beli rayon batik yang harganya belasan semeter tapi masih bagus atau beli kain katun polos atau motif kiloan. Sekilo 60-80 rb. Dan sekilo bisa dapat 6-7 meter. Bisa dapat 4-5 baju.
Maka saya selalu beli kain dan membawa pulang tiap liburan untuk dijahit. Kadang saya pengin belajar menjahit, saya pikir saya bisa buat baju untuk saya sendiri. Saya bisa mengalihkan budget ongkos jahit ke beli kain lain. Tapi saya nggak yakin. Motorik halus saya buruk. Saya sadar itu. Selain itu saya nggak bisa motong dan menggaris lurus. Tapi saya pengin. Mungkin nanti. Akan saya pikirkan lagi.
Lembar jawaban Pkn dikumpulkan di meja dosen, wajah-wajah sumringah terpancar. Bukan karena UK yang open book, tapi kuliah telah selesai juga jadi alasan. Kuliah berakhir hari ini. Diawali mengumpul UK anatomi otak, paper Pkn, Laporan skala sikap untuk UK Pengukuran psikologi, pun hasil diskusi masalah untuk uk bimbingan klinis. Dilanjutkan UK bina wicara dan UK pengembangan kreativitas dan Pkn tentunya.
Kuliah sudah selesai. Semoga tidak ada remedial apapun. Benar-benar selesai. Namun jika statistik UK4 diumumkan dan saya remedial, sudah saya kerjakan lagi soal saya kemarin dengan penuh ketelitian dan saya titipkan Pinyot.
Mereka pulang hari ini, mereka pulang esok. Saya ? Saya pulang Selasa depan. Tiket sudah terbeli, sebab kemarin saya ingin membeli tanggal 25,tapi saya takut ada kuliah di tanggal 29 atau 30. Tidak mengapa, mungkin saya bisa menikmati me time atau sekadar jalan-jalan di Solo. ^,^
Kuliah sudah selesai. Semoga semua peluh,kerja keras, minggu-minggu penuh begadang, semua usaha dan pengorbanan saya terbayar dengan hasil yang memuaskan. Saya harap tidak ada penurunan hasil.
Selamat berlibur teman-teman @UsNeed12 ( fyi UsNeed itu singkatan UNS's Special Need Education) Semoga liburan kalian menyenangkan. Kita bertemu lagi di semester 6. ^.^
Tadi siang saya menghitung hasil skala sikap yang saya sebarkan ke beberapa mahasiswa di perpustakaan, ya, itu tugas kelompok pengukuran psikologi.
Dari 20 orang, mungkin 3 atau 4 orang menjawab dengan cara diberi tanda centang atau checklist, sedangkan dalam skala tersebut kelompok kami menulis petunjuk untuk diberi tanda silang atau x.
Tidak, saya tidak menyalahkan mereka
Ya, itu memang tidak mempengaruhi jawaban.
Hanya saja saya jadi teringat dengan seorang guru di kelas 10 dulu. Sebut saja Ibu W, dia guru Sosiologi. Dia berkata bahwa membaca petunjuk pengerjaan soal,quisioner dll itu penting. Dia juga yang bilang kadang dalam test masuk kerja, cara kita menjawab soal menjadi tolak ukur. Saya pikir, itu hanya nasehat di awal pembelajaran di kelas 10 tapi tidak, Ibu sangat memperhatikan bagaimana muridnya menjawab soal. Mungkin agar kami terbiasa mengikuti petunjuk.
Pada ulangan pertama saya mendapat nilai 50. Bukan karena jawaban saya. Tapi cara saya menjawab. Ibu W memberi petunjuk untuk menyilang, dan yang saya lakukan hanya memberi garis miring pada huruf a,b,c,d, atau e. Maka jawaban saya yang sebenarnya benar semua tidak membawa saya ke nilai 100. Dan teman saya, yang jawabannya dilingkari, bukan di silang atau 'nyaris silang' dapat 0 kalau tidak salah.
Ulangan lain pun begitu. Saya malas menulis adalah/merupakan/ialah dsb. Ada sih yang pake, tapi beberapa soal tidak. Yang jelas jawaban yang nggak pake keterangan apa yang saya jawab tidak dapat poin optimal.
Misalnya : Apa gajah itu ?
Seharusnya saya menjawab dengan gajah adalah.... tapi saya menulis mamalia bertubuh besar yang berbelalai. Saya pikir benar juga, kalau tidak ada soal diatasnya, yang baca tulisan saya nggak tahu saya jawab oke.
Oke, jadi, mari luangkan waktu membaca petunjuk.
Baiklah Tuhan, saya memilih berhenti.
Saya memilih berhenti mempertanyakan kenapa saya dilahirkan.
Saya memilih berhenti mempertanyakan kenapa saya harus hidup.
Saya memilih berhenti mempertanyakan akan jadi apa saya nanti.
Saya memilih berhenti mempertanyakan sampai kapan saya hidup.
Saya memilih berhenti mempertanyakan akan tinggal dimana saya setelah lulus nanti.
Saya memilih berhenti mempertanyakan apapun yang selalu saya tanya.
Tuhan, saya memilih berhenti.
Sebab saya tahu selalu ada karena dari mengapa.
Tapi saya tahu bahwa tidak semua tanya terjawab dengan jawaban, sebagian akan menjadi pertanyaan.
Sebab saya tahu tidak semua tanya hari ini terjawab saat ini.
Sebab saya tahu Tuhan baik, saya ada pasti untuk kebaikan.
Saya. Berusaha. Percaya.
Maka Tuhan yang saya sayang,
Saya akan melakukan apapun sebaik dan semampu saya.
Sebab saya percaya, apa yang saya lakukan hari ini menjadi sebab hal yang terjadi esok.
Sebab dengan berusaha menjadi baik, Tuhan akan memberi saya kebaikan.
Sebab saya percaya kadang jawaban ditemukan di saat perjalanan.
Maaf untuk itu semua yang saya lupa.
Dan sekali lagi, saya memilih berhenti bertanya. Saya percaya semua ada jawabannya.
Kalau saya tidak pernah menaburkan bubuk putih ke wajah seperti perempuan lain, saya tetap perempuan kan?
Kalau saya selalu menggunakan sneakers , saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya tidak pernah memakai rok selepas lulus SMA, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya hanya punya ransel, ransel, dan ransel, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya buta soal make up, saya tetap perempuan kan ?
Kalau tidak pernah ada lipstik di bibir saya, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya tidak pernah ke salon selain untuk potong rambut, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya tidak mengerti mengapa perempuan harus menikah, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya tidak berharap jadi ibu, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya suka sendirian, saya tetap perempuan kan ?
Kalau saya masih menstruasi, saya tetap perempuan.
Gambar dari WiseGeek |
Dan wanita berasal dari tulang rusuk lelaki. Maka Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan berpasangan, maka carilah tulang rusukmu lelaki. Karenanya...
To bring up in a conversation
About a love that didn't last
But I could never call you mine
'Cause I could never call myself yours
And if we were really meant to be
Well then we just defied destiny
It's not that our love died
Just never really bloomed
Well I can't let go
No, I can't let go of you
You're holding me back without even trying to.
I can't let go
I can't move on from the past
Without lifting a finger you're holding me back.
Saya torehkan kata asu dan tanda seru
pada punggung batu besar dan hitam
dengan pisau pemberian ayah.
Itu sajak pertama saya. Saya menulisnya
untuk menggenapkan pesan terakhir ayah:
“Hidup ini memang asu, anakku.
Kau harus sekeras dan sedingin batu.”
Sekian tahun kemudian saya mengunjungi
batu hitam besar itu dan saya bertemu
dengan seekor anjing yang manis dan ramah.
Saya terperangah, kata asu yang gagah itu
sudah malih menjadi aku tanpa tanda seru.
Tanda serunya mungkin diambil ayah.
(2012)
Entah mengapa saya suka puisi ini Pak JokPin :)
Deras hujan membanjiri pagi
deru mobil mengeram tak henti
pada pelataran lelaki bungkuk terduduk
meringkuk bersama hati remuk
dalam diam menangis
senyumnya ikut mengiris
Kepalang tujuh puluh
mustahil muda gagah perkasa
takkan kembali si wanitanya
bedebah dengan cinta baru membara
sesal si bungkuk jadi sia-sia
sudah kepalang sudah
umpama beras jadi bubur
dan nasi sudah jadi tai
Halo bayi-bayi yang baru saja merasakan dinginnya udara bumi hari ini. Bagaimana ? Perut Ibumu lebih nyamankah ? Kupikir begitu, itulah sebab kalian menangis. Konon aku tidak menangis ketika lahir, kupikir aku bingung mengungkapkan perasaanku saat itu hingga aku diam saja. Ah, kita kan tidak ingin membahas aku disini.
Hai bayi-bayi, ada yang ingin aku tanyakan padamu. Kalian baru saja lahir ke dunia, mungkin 9 bulan yang lalu Tuhan meniupkan ruh ke kalian. Apakah kalian masih ingat, bertanyakah Tuhan pada jiwa-jiwa kalian ? Bertanyakah Tuhan apakah kalian ingin hidup atau tidak ? Bertanyakah Dia ?
Sebab aku lupa.
Hai jiwa-jiwa yang baru bermekaran. Selamat datang di dunia, tempat dimana sesungguhnya aku tak pernah ingin benar-benar ada. Sebabnya kubertanya pada kalian, bertanyakah Tuhan padamu. Jika bertanya, kupikir hidup adalah konsekuensiku pernah menjawab "Ya" saat Dia bertanya mau hidup atau tidak Jika Dia tak bertanya, yasudahlah. Siapalah aku jika berhadapan dengan maha segala maha. Aku saja hanyalah mahasiswa yang diharuskan patuh pada mereka yang tak ber-maha di kampus.
Selamat merasakan bagaimana hidup bayi-bayi muda. Hidup itu patut disyukuri sebab kita sudah terlanjur ada.
Akhir-akhir banyak dosen bilang, "Kalau Anda jadi guru nanti...,". Saya nggak tahu kenapa otak saya seperti menolak kalimat itu.
Bisakah aku meremas waktu? Menyempitkannya
Biar aku tidur dan bangun tanggal tiga puluh Desember . Biar aku langsung berkemas dan berlari
kencang ke Purwosari
Bisakah Doraemon datang ? Mungkin dengan Nobita ia sudah bosan
Kuminta selesaikan anatomi otakku PPI-ku juga. Skala pun ikut serta
Tenang, tinggal itu saja. Lainnya sudah kulahap.
Jika tidak.
Bisakah aku lebih bersabar ?
Bisakah aku berkonsentrasi tanpa distraksi ?
Bisakah malas lari dariku?
Maka aku tahu. Jawabnya adalah Bisakah dengan 'kah' yang terbuang
Belumkah kau temu arti adamu?
Sedang adamu untuk berarti
Belumkah kau jawab untuk siapa kau bertahan ?
Para penyayangmu menunggu disebut jadi jawaban
Belumkah kau mengisi pilihan akan menjadi ?
Dengarlah kode-kode Tuhan melengking tinggi-tinggi
Belumkah kau jadi berani ?
Hanya pengecut yang ingin bunuh diri
Belumkah kau pancang mimpi setinggi kelapa ?
Mengejar mimpi kan jadi hidupmu bermakna
Belumkah kau tanya Tuhan ?
Mengapa kau masih hidup di tengah kata... belum
Jadi kawan, mari sama-sama jaga bicara kita. Sebab lidahmu belatimu
Bahwa hidup hanya sekelebatan
Maka Dia suka ketidakgenapan
Akhiri aku sembilan tahun ke depan
Pengharapan
Sudah kukata sejenak adalah cukup
Asal berarti sebuah hidup
Dua puluh sembilan
Inginku sampai dua puluh sembilan
Tapi terserah Tuhan
Sebab keinginan dan kebutuhan kadang tak sejalan
Lariku kencang
Tersungkur aku bangkit berdiri
Aku menjauh... pergi
Jarak makin terentang
Maaf sudah kucuri
Tuhan yang memberi
Kini tulangmu kubawa pergi
Rasanya tak ingin tulangmu kembali
Mungkin suatu hari aku berhenti
Mungkin kamu lelah berlari-lari
Jika ikhlas tulangmu akan kuberi
Tapi aku tak janji
Sebab inginku tulangmu kubawa mati
Sendiri
Pada suatu hari
Sebenernya lo nulis apa sih ci? -___-