Hari ini

Juni 22, 2014

Ini hanya ocehan saya tentang hari ini. Bukan hal yang penting untuk dibaca, tapi kali-kali aja ada gunanya :)

Hari ini dimulai dari menunggu BST di halte jam 10 entah lewat berapa menit, ada mungkin 15 menit gue nungguin bus biru itu. Sampai akhirnya si bus datang dan gue duduk dengan tenang. 
Tapi rasanya gue ingin menghapus kata tenang itu. Dari halte RS Moewardi naiklah seorang bapak-bapak. 5 menit kemudian Mbak Kondektur menghampiri si bapak untuk meminta bayaran.
"Mbak, duitnya yang bagus dong," ujar bapak itu. Mbak kondektur menunjukkan dua ribuan yang udah nggak kinclong lagi. Gue liat si mbak menghela napas gitu setelah meladeni omelan tentang uang jelek. Yaelah Pak, nanti juga itu duit  lo pake.
Gue lupa ini Minggu, rame-ramenya orang ke arah Grandmall. Dari RS Kustati, masuklah serombongan keluarga berwajah arab. Ditambah cowok-cowok abg tanggung yang kayaknya sih masih SMP. Melihat ibu-ibu gendong anak, gue memutuskan berdiri. 
Tapi, apa yang kita niatkan tidak sesuai dengan yang terjadi. Sebelumnya
emang ada dua orang ibu-ibu yang masuk dan mereka berdiri, tapi kasusnya tanpa anak. Nah si Ibu ini malah dengan santainya duduk di tempat gue dan berujung si ibu bawa anak itu berdiri. Duh.. Tapi gue mencoba ikhlas. 
Bus mulai lega, gue melihat bangku kosong dan memutuskan duduk. Dari kejauhan tampak bapak-bapak tua yang mendekat ke bangku kosong di samping gue. Tapi Hap! Seorang lelaki muda duduk disitu. Gue akhirnya memutuskan berdiri lagi ,sampai di SGM penumpang turun dan gue duduk. Dan nggak jauh dari situ, gue pun turun di halte St.Purwosari.
Gue belum pernah kesini. Ketika melihat dua jalur antrian gue rada bingung. Cuma ada loket satu jarak dekat dan loket dua jarak jauh. Nggak dipisah untuk penukaran tiket dan pemesanan. Untunglah antrian jarak jauh nggak sepanjang jarak dekat. Di depan gue adalah para bapak muda, gue bilang gitu karena diluar antrian menunggu para anak kecil dan istri-istri mereka. 1,2,3,4,5,6,7 dan yak giliran gue. Gue maju, membuka binder yang gue selipin print bukti pemesanan dan...
"Mbak tiket ke Tasikmalaya ada nggak?" seorang ibu-ibu langsung aja ngoceh ke mbak tukang tiket itu. Gue liat muka mbaknya agak kesel dan dia ngelirik gue. Mungkin dia sebel juga ya dengan yang nyela antrian.
"Minggu,Senin habis Bu," jawab mbaknya. Lalu si Ibu ngoceh nggak karuan kayaknya menghitung hari.
"Berapa mbak bisnis?"
"295" ih,gue inget banget ya?
"Ekonomi mbak?" 
"Nggak ada Bu. Mbaknya,ada yang bisa dibantu," si mbak tiket mengisyaratkan gue untuk maju. Mungkin dia kesel ya sama si ibu itu. Gue pun langsung ngasih print bukti. Dan.. kertas yang dipake untuk tiket itu, atasnya robek -_-. Si Mbak pergi sambil nunggu printer jalan. Datang bapak-bapak yang kemudian ngasih gue tiket itu.
"Pak ini robek ga apa?" takut dong ya gue diturunin dari kereta karena tiket gue sompel.
"Ga apa-apa mbak," gue pun pergi.

Gue nggak tahu jarak dari St.Purwosari ke Togamas sejauh apa via jalan kaki. Tapi gue coba aja jalan, ternyata yaa lumayanlah. Togamas ada di perempatan deket SGM. Entah pindah entah buka cabang. Gue masuk, menitipkan tas, dan sempet bingung melihat tampilan togamas yang gak berlantai 2 lagi. Kesannya penuh dan gue sempet beberapa kali muter-muter gak jelas kebingungan. Gue beli Alquran titipan tante,dan beberapa alat tulis. Kemudian gue ditawari buat kartu member seharga 3000. Yasudah, gue buat aja. Mungkin bisa dapet potongan kalo gue belanja lagi.

Gue lanjut jalan ke SGM. Ke Hypermart. Cuma mau beli susu,kopi,sama biskuit aja sih. Lalu iseng ke Matahari muter-muter doang nggak beli. Jam satu siang, gue ke Gramedia. Ke Gramedia gue cuma beli kertas concorde doang. Tapi kemudian gue ke lantai atas dan melihat-lihat novel. Melihat novel-novel sekarang begitu mahal, mereka tidak bisa merayu gue sesuka hati. 
Otak gue udah gue ingatkan bahwa ketika ke lapak buku bekas dan beruntung, dengan seratus ribu lo bisa dapet 7-10 novel. Bahkan lebih. Seratus ribu disini paling lo cuma dapet satu atau dua.Lagian lo seneng kan pas beli buku bekas, bandingin dengan harga baru dan merasa untung beratus ribu?  Gitu gue ngerecokin kepala gue!
Yah, meski gue sempet tertarik buku tentang Grafologi. Capek dan gue duduk bersila di depan buku-buku model baju. Gue sedang membuka buku cara menjahit ketika seorang satpam menegur gue,"Mbak, jangan duduk di lantai ya," tegurnya. Gue mengangguk dan berdiri. Melihat buku cara menjahit, dengan membuat pola penuh garis lurus gue terdiam. ~Lagak lo mau belajar jahit, ada juga garis pola miring, gunting kain miring~
Lalu terdengar pemberitahuan sebentar lagi jalan harus dikosongkan. Gue lirik jam udah setengah 4. Gue memutuskan untuk pulang, karena kalau gue duduk di lantai nanti gue dimarahi  lagi -.-

Byar.. keluar Gramed dan manusia tumpah ruah. Gue ke halte BST yang udah penuh dengan orang yang kayaknya sih bukan mau nunggu bus.  Gue sih pengen nonton SBC, tapi gue merasa lelah. Lagipula berpotensi pulang magrib.  20 menitan gue nunggu dan BST datang! Dan itu BST yang tadi karena gue inget muka si mbak. Gue duduk di dekat pintu. Gak lama, ada 4 orang dengan kruk. Gue kembali berdiri.
"Mas duduk aja," kata saya.
"Ah nggak mbak," kata salah satu dari keempat itu. Mbak kondektur juga menawari, mereka nggak mau. Akhirnya karena nggak ada yang mau ngalah untuk duduk, berdirilah gue dan mereka.
Manusia itu beramai-ramai turun di halte Klewer. Gue memutuskan untuk duduk, pun mereka. Lalu, masuklah rombongan ibu-ibu. Dua orang berkruk itu menawari duduk ke 2 ibu itu. Dan si ibu-ibu itu duduk. Gue bengong. Berdiri itu capek lo. Tapi gue rasa  itu karena mereka nggak mau dikasihani, mereka juga nggak mau terlihat lemah,

Dan yak, akhirnya gue turun di halte kampus. Jalan ke kost, masuk kamar, menyalakan lampu. Tapi mati, gue lupa kalau lampu gue putus beberapa hari lalu. Dan gue lapar.

You Might Also Like

0 komentar

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram