Apa yang salah pada siang?
Dan Sore menjelang petang.
Sebab pada masa itu otakku beku.
Selalu. Tiap waktu
Apa yang terjadi dengan pagi ?
Sebab dengannya otakku bisa berlari
Atau biarkan malam jadi panjang
Lalu aku melesat kencang
Apa yang salah dengan sore?
Jika semangatku padam saat matahari bergerak pulang
Lalu meletup saat bulan datang
Ada apa dengan malam?
Temaramnya buatku tak berhenti menyerang
Akan tugas yang tak henti menghadang
Ada apa?
Agen Luar Biasa, Selamat Hari Disabilitas Internasional, dan racauan malam.
Desember 03, 2015Saya baru saja duduk di depan laptop, sambil menyesap 'kopi mainan'. Berusaha menyangkal kantuk yang menyerang, semua berawal dari kekenyangan. Sambil mencoba membuka mata lebar-lebar saya menyumpal telinga dengan playlist seperti biasa. Semua biasa saja, sampai Heart of Life-nya John Mayer terdengar. Pkiran saya mengawang. Odrei. Ya, saya teringat Odrei. Tokoh di tulisan abal-abal yang sudah lama saya tinggalkan. Tulisan yang saya janji akan rombak ulang. Saya ingat Ode, saya rindu menulis Ode, meski Ode begitu kaku.
Lagu beralih, I Bet My Life mengalun. Saya tersentak. Nama Langit dan Biru menguar. Saya gemas ingin menemui mereka. Menulis dan menyelesaikan kisahnya. Saya teringat tulisan-tulisan saya.
Tapi sayangnya, tidak bisa. Ada deadline laporan observasi, laporan IEP, dan laporan PPL lainnya. Belum lagi revisi bab 1 proposal. Maafkan saya Pak, setelah PPL usai saya akan berlari. Penelitian saya harapkan dimulai awal Januari. Mari tutup dulu fiksimu. Terbitkan karya non fiksimu :)
Dulu gue selalu ingin punya buku yang diterbitin sebelum skripsi gue terbit. Tapi ternyata tulisan gue yang selesai berakhir penolakan sebab gue pun tahun banyak hal yang harus diperbaiki. Gue memang kembali menulis, bersama Yunchan dan proyek Langit Biru, tapi KKN menghentikan proses menulis gue itu dan ditambah sekarang PPL disusul skripsi. Dan prioritas gue sekarang skripsi. Dan gue sedang memperjuangkan judul gue, mencoba mempelajari apa yang akan gue teliti dan mengabaikan menulis fiksi. Gue cuma mau segera lulus tapi skripsi gue juga bagus.
Doakan gue, supaya gue bisa ikhlas. Supaya gue selalu semangat, lancar dan ga patah arang. Supaya gue cepat juga menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi gue segera terbit. Akan gue kabari jika skripsi gue terbit!!
Mungkin PMS, hingga saya merasa terlalu sensitif akhir-akhir ini. Terlalu sibuk dengan PPL dan calon skripsi yang terbengkalai membuat saya merasa bersalah dengan diri saya sendiri. Melihat beberapa teman yang sudah acc judul, saya makin merasa kecil. Dan membuka facebook dengan foto-foto orang wisuda,meski ini tahunnya teman yang D3 saya geram, antara ingin campur iri.
Saya tahu, Tuhan baik. Pasti ada alasannya meski kadang perasaan nggak ikhlas dan pikiran membandingkan datang. Ada alasan dari menempatkan di tempat yang bukan keinginan saya. Memunculkan nama dosen yang tidak saya duga. Tapi saya berharap besok judul saya diterima. Judul yang saya inginkan, kalau kedua hal sebelumnya tidak dikabulkan saya harap judul yang saya inginkan diperbolehkan.
Saya tahu, waktu saya lebih sedikit dari beberapa teman di sekolah lain tapi lebih banyak dari sekolah lain lagi. Saya harus bisa mengatur waktu saya, untuk PPL dan skripsi. Saya ingin lulus segera, saya jengah berlama-lama. Saya harus bisa mengatur waktu tanpa tepar. Meski kenyataannya saya terus tidur tengah malam atau dini hari sebab menjelang petang saya tidur. Siang pukul 2-5 adalah jam terburuk otak saya. Saya tahu saya bisa menyelesaikan apa yang bahkan baru dimulai dan menuntaskan perjalanan yang telah sampai pertengahan.
Saya lelah. Ada yang remuk rasanya. Saya iri tapi itu cuma belati. Saya mau berhenti, ayolah sudah cukup semua ini. Saya lelah, saya tidak mau kalah apalagi menyerah.
Hingga sebuah kalimat terlintas. Saya takut bosan.
Ya,saya takut saya bosan. Lalu jadi jenuh, lalu bekerja tidak maksimal.
Kalau saya jadi guru, kalau saya mengajar murid saya tiap hari. Saya senang,tapi saya takut bosan.
Kalau saya jadu guru,saya takut bosan hanya memakai seragam yang itu-itu saja. Membeli kain dan menjahitnya adalah kesenangan yang bisa berkurang kalau saya pakai itu-itu saja
tanpa kets saya merasa kebebasan saya terenggut. Saya takut, jika nanti saya tidak bisa memakai hal yang saya suka,saya makin bosan.
Saya tidak suka rok. Bukan menyalahi takdir,justru rok menghilangkan kebebasan saya bergerak,ruang gerak saya berbanding lurus dengan lebar rok saya. Saya takut, saya tidak bisa seaktif dan sepetakilan saya biasanya.
Saya takut bosan bertemu teman yang itu-itu saja. Menghabiskan waktu sampai akhir tugas dengan orang yang sama.
Saya takut semua itu.
Kepada Skripsi
Hai, mata kuliah berbobot besar yang dengan penuh keyakinan kumasukkan ke KRS semester ini! Apa kabar? Perlahan namun pasti kamu mulai mendekati. Dimulai dengan pengumuman dosen pembimbing, seperti bel yang berdering kamu mulai berteriak nyaring.
Aku tahu, suatu hari kamu pasti akan selesai. Maka mungkin dari sekarang mari kita mulai berteman, bantu aku menjadi lebih sensitif dan peka terhadap masalah. Lebih jeli mencari celah dan jawaban dari segala masalah. Buat aku sabar menghadapi semua yang datang. Lancarkan jalanku menghadapi dosen pembimbing. Permudahkan jalanku menuju kelulusan.
Kepada skripsi, mungkin akan kubuat reward untuk diriku jika tahapan-tahapannya berhasil kulalui. Agar malasku berkurang, sebab aku tak ingin berlama-lama bergumul denganmu. Aku ingin lulus sebelum ulangtahunku. Kepada skripsi, mari bersahabat dan selesaikan masalah ini. Mari ciptakan hasil memuaskan di akhir nanti.
salam sayang.
mahasiswi yang membalas sapamu kemarin itu.
serupa bunga pasir
tahi-tahi kucing dan cairan pekat pesing
dan bau-bau anyir
deru-deru bising
sampah kocar-kacir
dan bajigur-bajigur jar jar jir
Kalau saja setelah mati kehidupan terhenti, tak ada janji surga neraka, mungkin manusia akan bunuh diri sesuka hati.
Kalau saja kelahiran bisa dibatalkan, mungkin dunia tak seramai ini.
Kalau saja setan tidak pernah ada, dan mereka musnah sejak zaman purba, mungkin tulisan ini tak ada.
Kalau saja hanyalah bualan serupa seandainya. Tak akan jadi nyata seperti harapan untuk tak pernah ada.
Ini kesalahan. Kesalahan sebab seharusnya saya mengerjakan tugas namun malah membuka blog. Mungkin karena pikiran saya sudah terlalu sesak. Proposal skripsi, nama dosbing yang mencengangkan, menulis halus rpp, membuat rencana rpp selanjutnya, media, setelah lulus mau kemana dan serangkaian pikiran tidak penting lainnya.Sebentar, tadi buka blog mau ngomong apa? Okeh, lupa. Yang jelas banyak yang ingin diracaukan. Terlalu banyak sampai kebingungan.
I just feel something wrong.
Maybe because the period
But i dont think so.
So the true life begin. And i hate it
I know, i always worry about it. About the real life and become a young adult
I know that its wrong, hate to face the truth is bad for me.
I never know what i want now. I know but some questions always ringing on my brain. is it right for me?
Now, or maybe sometime, i hate to choose everything. Or just hope it. I hate feel broke when i didnt have it.
What can i do? What should i do? And what life is for?
I hate this situation. I dont know. I dont know. Dunno dunno dunno.
Saya menulis ini di sela-sela mencari gambar-gambar untuk media pembelajaran.PPL baru saja dimulai minggu lalu dan minggu depan latihan mengajar terbimbing dimulai.
Ini baru dimulai, Ci. Ketika KKN usai bukan berarti semuanya selesai. Sebab PPL pun saat itu melambai dan kini mewarnai hidupku sampai tiga bulan ke depan. Jadilah manusia yang kuat Ci! Sesaplah semua pengalaman yang akan kamu terima nanti. Keruk sebanyak-banyaknya ilmu. Berdoalah kamu segera menemukan judul dan masalah untuk bahan skripsi. Semoga pembimbingmu nanti baik hati, pembimbingmu yang menuntunmu untuk cepat, tepat dan semangat merampungkan tugas akhir.
PPL pada akhirnya akan berakhir Ci, seperti KKN yang kamu takuti dan tidak kamu sukai. Hanya ini mungkin lebih lama, lebih menguras otak, tenaga, biaya dan waktu tentu saja. Semoga kamu bisa membagi waktu dengan baik,Ci.
Ci, ini baru mula, semoga akhir kuliahmu bahagia. Pantang pulang sebelum pendadaran ya, Ci. Mau cepat pulang kan? Ingat Ci, perjuangan masih panjang kuatkan semuanya. Kamu bisa selama kamu masih ada.
Untukku yang baru memulai PPL dan disapa tugas akhir.
Rasanya, ada banyak hutang cerita saya pada blog ini. Ada banyak rasa yang mau ditumpahkan, namun saya bingung hingga mungkin tak ada yang diceritakan. Tentang kkn, tentang ketakutan saya,tentang menyambut ppl atau sekadar film dan buku yang saya tonton dan baca.
Rasanya, entah.
Tulisan ini entah di post kapan,entah hari ini juga atau pada suatu hari. Saya masih duduk di gerbong 8 saat mengetikkan posting ini. Bersama hati,jiwa dan pikiran yang carut-marut belum tertata.
Pulang kali ini saya lebih ikhlas. Tetap malas packing (selain cuma packing 1 ransel) namun tidak semenyesakkan biasanya. Mungkin karena bisa pulang saja saya sudah bersyukur mengingat rencana awal saya tidak pulang.
Hati saya masih menolak banyak hal. Tapi saya tahu, sekuat saya menolak semakin sakit yang didapat. Mungkin saya bisa kabur dari semuanya tapi tentu bukan jawaban atas masalah. Tapi membuat masalah baru.
Papa saya mengingatkan saya untuk semangat, sesuatu yang saya pikir sudah hilang. Tapi saya ingat, seperti yang saya ungkapkan dulu di posting entah kapan tentang anak pertama. Saya punya tanggung jawab lebih. Dan saya harus lulus cepat dan mendapat pekerjaan yang menyenangkan di segala lini.
Saya tidak boleh menyerah, saya terlanjur ada dan tak mau mati sia-sia.
Seandainya memang kata yang kejam, ya kejam jika dipakai untuk mengobrak-abrik dan memikirkan masa lalu. Tapi seandainya bisa jadi kata yang baik hati, setiap penemuan yang ada di dunia ini berkemungkinan dimulai dari seandainya.
Malam ini saya di kereta, tanpa memikirkan seandainya saya bisa pulang kemarin, Tuhan sudah memberi jalan agar saya bisa kembali. Tapi bukan itu yang akan saya ungkapkan disini.
Suatu alat yang saya inginkan sejak dulu adalah brain notes. Saya membayangkan bahwa brain notes adalah alat yang mencatat apa yang saya pikirkan dan imajinasikan ke dalam bentuk tulisan. Sebab kecepatan berpikir,kecepatan ide bergerak dan meledak jarang sejalan dengan kecepatan tangan menuliskannya. Kadang saya sering kesal sendiri, ketika ide itu bergerak cepat namun ketika akan ditulis saya lupa ingatan.
Dan menuliskannya ketika sedang terjadi ledakan ide justru malah memadamkannya.
Maka seandainya brain notes itu ada,saya akan menabung untuk membelinya
Malam.
Manusia.
Manusia adalah makhluk yang patut,layak,dan menyenangkan untuk diperbincangkan. Menggosipkan manusia lebih menyenangkan (bagi mereka yg senang bergosip tentu saja) daripada menggosipkan siapa yang menghamili kucingmu, berapa telur ayam kita, atau mengapa mangga di depan rumah malas berbuah.
Bad news is a good news.
Kabar buruk sering diterima secara positif. Maksudnya, manusia lebih suka mendengar kabar jelek daripada kabar baik. Bahkan,ketika mendengar kabar baik saja,manusia suka menduga-duga dan mencipta kabar buruk dari sana.
Saya batu. Saya tahu. Saya kadang terlalu cuek dan tidak peka. Maka jika hari ini kekacauan menghunjam diri saya, ini keterlaluan. Tapi saya tahu, saya cukup mengabaikan. Inilah saatnya saya membatu lagi. Mengeraskan hati dan diri. Menutup telinga tanpa pelantang dengar. Inilah dunia yang harus saya tapaki,mungkin keluar dari zona aman itu seperti ini.
Omongan saya mulai meracau. Ada yang ingin saya tendang,tapi yang ada hanya udara.
Saya kira itu saja. Saya takut bicara saya makin menggila. Bahkan ketika saya sudah berhenti 'denial'.;
Rumah, pulang dan sebuah perjalanan adalah 3 kata yang selalu menyenangkan untuk didengar. Terlebih jika sepaket.
pulang selalu menuju ke rumah.
Ada perjalanan untuk pulang dan sampai ke rumah.
Perjalanan selalu menyenangkan,selalu ada hal baru,orang baru, dan pemandangan yang memberi warna di perjalanan.Kadang menjadi oleh-oleh cerita di rumah
Cerita perjalanan pulang.
Aku ingin pulang. Rindu rumah. Dan selalu menyukai perjalanan. Semoga perjalananku selalu menyenangkan
Waktu bergerak dengan kecepatan yang sama. Satu hari tetap 24 jam. Sudah kubilang berapa kali padamu, tidak bisa waktu itu kau percepat, disingkat,atau menghapus beberapa hari untuk menghindar.
Aku benci kamu.
Aku benci kamu yang sukanya menyangkal. Semuanya kamu tolak. Seperti tidak ada yang kamu bisa terima. Kenapa sih kamu penakut sekali? Hey, Tuhan mengadakanmu pasti punya alasan. Kalau kamu tidak tahu alasannya, cari bukan lari.
Kenapa kamu suka lari?
Kenyataan untuk dihadapi, kita tidak sedang bermimpi. Yang bercerita lalu bangun dan hilang semua.
Kamu bisa menghapus takutmu pelan-pelan. Kamu bisa mengubur pesimismu perlahan. Kamu bisa yang kutahu kamu cuma tidak mau. Mengaku?
Bersyukurlah sayang, berhenti menyangkal. Bisa kan? Toh kita cuma makhluk Tuhan yang berjalan sesuai skenarionya. Hanya kita saja yang tidak tahu bagaimana hidup kita sesungguhnya. Kita cuma mainan yang Tuhan sayang. Ikuti maunya Tuhan,nanti dia sayang.
Hiduplah dengan kebaikan. Yuk kubur takutmu, apapun itu.
Karena kita sudah terlanjur hidup. Dan tidak akan pernah mati. Benar kan? Sebab setelah matinya tubuhmu jiwamu masih hidup.
Sudah ya. Semoga kamu masih punya mimpi untuk dikejar.
Salam manis,
Sistem limbikmu.
Dalam barisan kata jahat, seandainya adalah salah satunya. Seandainya adalah setan berjubah pangeran yang tampan dan memukau. Seandainya selalu menyuguhkan segelas wine yang memabukkan. Seandainya memberimu gulali yang manis dan berakhir sakit tenggorokan. Seandainya kadang begitu baik hati, menawarkan imajinasi yang berbuah inspirasi. Sayangnya seandainya lebih sering diajak untuk berlari. Lari dari kenyataan meski akhirnya kembali, lari dari semua yang tak diinginkan, membangun mimpi, membuat terbuai dan berakhir kekecewaan.Seandainya dan seandainya.
Di temukan di Pinterest |
Aku diam memandang secarik foto yang tak sengaja kutemukan di antara tumpukan foto-foto yang terselip di binderku saat kuliah dulu. Sebuah lengan dengan tato burung hantu yang kupuja setengah mati. Tato yang kubuat 27 Februari 5 tahun yang lalu, saat aku masi. Aku ingat, minggu-minggu awal setelah si burung hantu bertengger di lenganku, hariku kulalui dengan kemeja lengan panjang atau kaus sebatas siku. Tak seperti bangkai yang akhirnya tercium baunya, tato burung hantuku ini pun terlihat oleh Dad di suatu pagi."Apa yang ada di lenganmu itu?" tanyanya ketika aku berjalan menuju kulkas. Dad duduk manis di meja makan dengan secangkir kopi hitam yang nyaris tandas. Aku terdiam dan memandang pakaian yang kukenakan, hanya kaos dalam yang sudah pasti memerlihatkan goresan tangan Andrea ini."Ta..tato," jawabku terbata. Dadaku berdegug kencang menunggu makian.Kualihkan pandangan ke isi kulkas, mengambil sekotak susu cair stoberi."Bagus sekali,ya! Sudah dilarang menggambar malah menggambari lengan," sindir Dad dengan tatapan mata yang tertuju pada lengan kiriku. Aku menunduk dan berjalan menuju kamar."Odrei!" panggil Dad. Oh, tidak memanggil, ia berteriak. Aku menoleh dan kembali berjalan."Mau jadi apa kamu hah? Tatoan begitu? Kamu tahu tidak kalau tato itu menyulitkanmu bekerja, belum lagi agama kita...," racauan dari mulut Dad terdengar. Tak kuhiraukan dan tetap berjalan menuju kamar.Dan setelah itu, pertengkaran membahas tato terus berlanjut. Hingga ia bosan, hingga Dad memilih memakiku untuk hal yang lain. Kami selalu berdebat, kami tak pernah sependapat. Hingga aku memutuskan pergi. Meninggalkan Dad, Mami, Nath, dan semua kehidupan tak menyenangkanku.
Dua tahun awal perginya diriku adalah tahun-tahun awal yang paling berkesan sepanjang 23 tahun usia hidupku. Aku bebas menggambar, melukis, mencipta kembali komik dari segala ide liar yang Dad bilang tak masuk akal. Aku menikmati kesendirian di tempat yang sepi. Atau menyendiri di keramaian manusia tak di kenal. Aku menyanjung hidup nomadenku. Sampai insiden keparat itu tiba. Merengut tangan yang selama ini kugunakan untuk menulis, menggambar, memegang kamera. Tangan kiriku sudah tidak ada. Aku hanya punya selembar foto hasil bidikan Cika.
"Simpan ini Odrei, kenang-kenangan bahwa lu punya tato kece di lengan," sahutnya dulu. Aku menyimpannya Cika, bahwa cuma ini yang membuktikan aku punya lengan memukau dengan tato menawan.
aaaaak. Main Pinterest dan melihat tato itu. Keren yak, sayang tato haram u.u. Dan ingat Ode. Ah tau ah.
Besok ulangan Pediatri. Awalnya saya membuka-buka materi. Dan bukan saya nampaknya kalau bisa fokus dengan belajar tanpa gangguan. Mulai terdistraksi dengan ngobrol bersama mama tentang vaksin. Hingga pikiran saya mulai mengembara tak karuan. Saya berpikir bahwa kuliah terasa seperti sekolah orangtua. Maksudnya sekolah untuk menjadi orangtua nantinya. Maka saya berpikir mereka yang berniat menjadi orangtua sebenarnya sedang menyelam sambil minum air . Dan saya yang bahkan belum tertarik untuk menjadi orangtua, merasa tidak berminat menambah jumlah manusia di bumi ini pun merasa mungkin saya perlu mempelajarinya, untuk saudara saya, tetangga dan antisipasi jika pikiran saya berubah -semoga saja tidak-.Kami belajar Psikologi perkembangan, hingga kami tahu tahapan dan tugas tumbuh kembang anak. Kami belajar stimulasi dini, hingga kami tahu apa yang harus dilakukan untuk menstimulasi dan mengintervensi tumbuh kembang. Kami belajar ortopedagogik, kami belajar penyebab, gejala dan pencegahan terhadap kasus ABK. Maka kami tahu bagaimana mencegah dan antisipasinya. Kami belajar modifikasi perilaku,dan saya pikir setiap anak perlu modifikasi perilaku untuk menjadikan mereka berperilaku baik. Kami belajar pediatri, dari jadwal menyusui sampai jadwal vaksinasi. Dan mata kuliah lain yang saya pikir berguna.Kami belajar identifikasi dan assesmen, bukankah penting bagi orangtua untuk mengidentifikasi anaknya, menemukan ada masalah atau tidak? Kami belajar bimbingan klinis, meski sedikit, kami tahu bagaimana pendekatan yang baik untuk menggali dan membantu masalah seorang anak. Kami belajar tentang pendidikan dan dari jurusan ini kami belajar menerima setiap kelebihan dan kekurangan setiap anak. Dan masih banyak lagi. Semua memang teori, tapi saya pikir manusia perlu bekal teori sebelum terjun.
Sekolah untuk orangtua memang tak ada, kuliah saja jurusan Pendidikan Khusus untuk mendapatkannya. Makin ngawur, aku sebaiknya kabur.
Setiap orang punya pikiran positif dan negatif. Setiap orang punya jiwa-jiwa pemberani dan penakut sekaligus. Dan karena saya mempercayai segala hal yang kita lakukan bersumber dari pikiran, maka pikiranlah yang saya ajak berteman dan bermusuhan bersamaan.
- ia membuat saya takut dengan segala spekukasinya
- ia membuat saya cemas, mengajak memikirkan esok hari,dan hal yang buruk atau hal yang saya benci ia suguhkan
-ia membuat saya bergelut dengan pesimis, dengan teganya optimis saya hilang perlahan sejak dua tahun terakhir,jangan tanya mengapa,saya juga tidak tahu.
-dan pikiran buruk-buruk adalah awal kehancuran, imajinasi gila yang disalahgunakan
Mungkin saya memang tidak sehat.
Maaf untuk segala yang ngelantur, hidup memang kadang ngawur, saya saja pengin kabur ke Singapur. Oke tambah ngawur.
Gue butuh memotret. Hal yang jarang gue lakukan sekarang. Gue nggak terlalu suka memotret manusia. Oke, gue suka, tapi candid. Bukan mereka bergaya di depan gue dan gue menekan shutter.
Gue butuh memotret. Gue butuh karena gue sadar, selama di rumah gue bahagia tiada tara ketika ke kebun, duduk dan mengamati ulat bulu, mengikuti mereka dengan kamera gue, dan ketika berhasil mendapatkan gambar yang menurut gue cukup baik, kadar kebahagiaan gue meningkat.
Gue membutuhkan musik, membutuhkan buku dan apapun untuk dibaca, membutuhkan selembar kertas kosong, halaman kosong, apapun itu untuk ditulisi. Butuh kopi untuk diminum, susu untuk ditegak. Dan kadang film random hasil merampok teman pun gue butuhkan. Gue selalu membutuhkan itu.Dan sekarang, gue juga butuh sesuatu yang bisa difoto sekarang. Mungkin gue aja yang males keluar dan menjepret ini dan itu. Mungkin. Gue membutuhkan itu semua sebab kadar kecemasan, ketakutan, stres, depresi, yah semua yang menjadi demons on my head akan meningkat menjelang siklus perempuan yang kadang gue pertanyakan untuk apa harus ada. Kopi, buku, nulis, menyumpal telinga dengan lagu di playlist, nonton film, dan memotret adalah solusi yang gue yakini sebagai mengusir the demons The Demons itu bukan setan atau hantu, tapi semua hal yang negatif yang ada di otak gue, yang ada di pikiran gue. Semua ketakutan, kegelisahan, kecemasan, semua hal yang menurunkan kadar optimisme gue terhadap hidup. Gue tahu ada Tuhan, tapi selain Tuhan gue butuh mereka juga. Mungkin hal-hal yang gue sebutkan diatas, yang jadi solusi gue memerangi itu semua, adalah kode dari Tuhan. Gue tahu nggak selamanya Tuhan membantu gue langsung. Sebenarnya, gue merasa senang dan bisa mengusir para demons itu kalau gue jalan-jalan. Masalahnya, gue jarang jalan-jalan. Gue belum berani jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh dari lingkup Solo sendirian. Kenapa sendirian? Karena gue nggak terlalu suka keramaian. Kecuali sendiri diantara keramaian dimana tidak ada satu pun orang yang gue kenal. Gue lebih suka jalan-jalan yang manusianya kurang dari sepuluh. Ah udahlah, gue bingung. Mungkin gue bisa motret something besok. Bye!
Aku ingin lari tapi kakiku terjerat
Aku ingin teriak tapi gembok menutup bibirku rapat
Aku ingin menangis sampai teriris tapi malah meringis
Aku lelah
Aku kalah
Aku benci
Tapi belum mau mati
Aku menyerah
Lalu ingin bangkit lagi
Aku mengaku kalah
Tapi ingin merasakan menang untuk pertama kali
Harus berapa kali kalah sebelum menang?
Atau menang hanyalah mimpi di siang kosong?
Juni yang tak berasa Juni. Waktu bergerak maju membunuh hari yang selalu berawal dengan pagi yang baru dan berbeda. Kemarin tak sama dengan hari ini, maka Juni setahun yang lalu sangat jauh berbeda dengan Juni hari ini.
Setahun yang lalu aku menanti Juni dengan penuh rasa bahagia, menghitung hari, tersenyum di sela padatnya tugas akhir semester dengan kata pulang yang mengawang. Juni tahun ini aku merasa gamang. Tak ada liburan, tak ada berebut tiket kereta,tak ada kata pulang. Aku benci, tak mau bagaimana lagi. Denial make more pain, stop it. Ya, ikhlas adalah hal yang harus dilakukan. Menyangkal dan terus menyangkal bahwa puasa tidak di rumah, bahwa lebaran pun entah dimana, bahwa memang begitulah sistem yang ada. Ketika kita berada dalam sebuah sistem, masuk dan mengikuti alurlah yang membuat kita bertahan. Juni dan Juli tahun ini mungkin tak ditakdirkan mengecap pulang, tapi jika aku masih bernyawa tahun depan,semoga pengorbanan tak libur berbalas hal yang menyenangkan.
Anak lelaki si tua itu menangkapku, aku sudah memejamkan mata dan berdoa. Berdoa agar masuk surga dan bertemu Ayah dan Ibu. Bertemu Jane, Kate, Edward, Emily, Daniel, Adam, Frankie, Bonnie, Gerald, dan Heidi. Mereka semua saudara kandungku. Sayangnya anak lelaki itu memasukkanku ke sebuah kotak besar. Mungkin namanya akuarium. Ya, benar, Frankie pernah bercerita setelah ia membaca ensiklopedia -jangan tanya bagaimana dia bisa membacanya-.
Aku berenang di akuarium yang bukan tempat hidupku. Aku hidup di air laut, hidup di air tawar seperti sekarang sama dengan membunuhku perlahan. Mungkin besok aku sudah tinggal nama. Tolong ingat namaku, namaku Deirde. Aku pun tidak tahan, ada lele yang memandangku tajam seperti hendak memakanku sekarang. Atau mujair yang berkumis, terlihat aneh. Belum lagi betok yang hitam dan nila yang meracau tak karuan. Mereka benar-benar menyiksaku, membunuh lewat air yang salah saja kupikir sudah salah apalagi dengan siksaan psikologi seperti ini. Aku tidak tahu apa yang dibicarakan ikan-ikan darat.
Mungkin sebaiknya mereka mengambilku sekarang. Aku ingin berakhir di penggorengan secepatnya, daripada tersesat diantara perbincangan tentang lumpur yang tak kupahami.
Katanya, kalau kita diabaikan, berarti Dia yang mengabaikan itu tidak sayang dan peduli lagi dengan kita.
Katanya, kalau kita ditegur,dimarahi, diomeli, berarti Dia sayang dan perhatian dengan kita.
Dan Tuhan saya masih menegur saya, masih membuat saya pusing sekali hari ini, dan itu berarti... Dia sayang sama saya. Oh, terima kasih Tuhan!Sudahlah. Terima kasih Tuhan, untuk kopi yang halal.
Kalau hp saya rusak, kalau hari ini penanak saya juga rusak, kalau hari ini saya merinding melihat bulatan-bulatan coklat di kemeja putih yang ketumpahan kopi dan merendamnya 7 jam, kalau hari ini saya merasa kacau dengan semua yang rusak dan kacau mungkin saya harus bahagia. Bahagia sebab Tuhan saya masih menegur saya. Mungkin saya nggak bersyukur kemarin dengan hp yang menyala meski layarnya nggak bisa disentuh dan baru sadar saat blank , mungkin saya nggak bersyukur penanak nasi saya bisa memasakkan nasi tiap hari sebelum saya merusaknya dengan bodoh hari ini, mungkin saya nggak bersyukur kemeja dan baju saya nggak bernoda. Dan sekarang saya harus bersyukur Tuhan masih sayang dan mau menyentil saya.
Lalu?
Lalu saya harus apa Tuhan?
Beli hp baru? Saya menabung tanpa tujuan, tapi saya tidak bermaksud membeli hp. Haruskah saya mengambil tabungan saya? Baik, saya butuh HP tapi saya tidak menginginkannya. Kontradiktif sekali ya.
Penanak nasi ya. Sebentar lagi puasa. Saya makan apa kalau penanak nasinya rusak? Yang mau diet nasi kan Pinyot.Apa saya harus sok bule dengan makan oat terus? Makan nasi aja saya suka bosan. Beli makanan diluar itu boros loh, Tuhan . Saya harus gimana?
Kemeja yang ternoda sudah saya cuci, sayangnya kaos putih saya tetap bernoda meski nggak sebanyak sebelum dicuci.
What my life is for? Why i'm life now? Why ? why not another person? What the purpose of my life? Or what the purpose God sent me to the world? And the other questions like those. I ask, everyday, again and again. I ask to myself and to the God. And i cant find the answer. And My Lord never answer, maybe The God sent a code but i dont read. Maybe i'm stupid or blind to see it. But i dont wanna talk about it.I never wanna long live. But i dont wanna die young, i mean i dont wanna die today or nextyear. No... no like this. And i dont wanna talk about it.Something that i know, last year, when i'm asked the purpose of my life more often than now, i made an outline. A story. I'm write and i hope i can finish the story. I begged to the God, please, please leave me finish the story and it's mean i pray, i wanna live long, at least 'till the story end. And the story end, i feel happy. But... after that i don't know... i feel a little anxiety, stress, talk to much to myself, asking and asking again about my life.
write for myself is a' needs' like eat. And the achievement from the other is not important when i'm write, when i'm dance or run in the process (write). So i think theory from Maslow is true.
So i think i must write again. Write for myself. The achievement (a praise,a ridicule, a real my book on the bookstore) is the second. The important thing that i need is write. Just write to feel happy, to increase dopamine, serotonin, oxytocine.
I made an outline last week and yesterday i finish the outline. I begin again a new outline and believe i can finish that. I believe it, i can give a reward and punishment to myself. 2,5 gb midnight quota for 5 chapter. And today, i pray to God, to give me more time, at least 'till i finish the story. Maybe i dont know why i'm in this world but at least i know something to do, like writing and try to finish it.So, i begin again. Pray for me. I hope i enjoy do it.
* i keep learning writing with english, so...