Review Film Edensor -Ekspektasi saya vs Realisasi filmnya-

Desember 27, 2013

Siang, panas , gerah dan mengantuk. Jujur saya ingin tidur, tapi tangan saya gatal untuk menuliskan apa yang saya lihat,dengar dan lakukan tadi. Jadi, tadi siang saya nonton Edensor dengan Opie dan Wara di 21 Grandmall.

Jika saya ditanya,"sebutkan 1 kata tentang film ini!" maka jawaban saya adalah,"Mengecewakan"

Maaf Om Benni, tapi film Edensor yang saya tonton jauh di luar ekspektasi saya. Saya membaca Edensor memang sudah lama sekali, SMP. Tapi yang saya ingat, ada cerita Arai dan Ikal keliling dunia, cerita sedih Arai yang terpaksa pulang ke Indonesia dan tidak melanjutkan studinya -kalau saya tidak salah- . Dan di film ini tidak ada, saya betul-betul kecewa.

Alurnya lurus,datar saja. Saya yang batu, atau bagaimana. Saya hanya sedikit tertawa, sedikit terharu, sedikit.  Tidak ada klimaks, bahkan terlihat seperti tidak ada konflik.

Ketika Pak Cik Andrea disorot kamera, sedang mengetik saya pikir ini adalah prolog sebuah cerita awal mereka berkelana. Tapi yang muncul adalah..... tara!!!  Nama-nama manusia yang menandakan film ini selesai.  Mungkin ingin membuat penonton terkejut, saya rasa ini berhasil. Saya berhasil terkejut filmnya sudah selesai dan tentu saja kecewa. Dan ternyata tidak hanya saya, di toilet, saya mendengar gadis-gadis lain membicarakan kekecewaan mereka.

Akting Lukman Sardi dan Abimana? Mereka bagus, hanya skenarionya yang mengecewakan.
Atau akan ada Edensor II?  Duh,kenapa harus ada part 1 part 2. Edensor tak setebal Harry Potter 7 jika harus dibagi dua. Tapi terserah produser dan sutradara juga.

Ada beberapa yang mengganggu mata saya, saya tahu sponsornya BTN,Kantor Pos, tapi la ya jangan disorot terus. Jadi bener-bener terlihat iklan. Habibie Ainun kenapa jadi kurang dapet suasana zaman dulunya? Karena tiba-tiba ada chocolatos dan Wardah. *Maap ya nyebutin merk.
Dan carrier serta koper yang dibawa, seperti nggak ada isinya, atau isinya terlalu sedikit ya. Kenapa 5cm dikritik para pendaki, salah satunya karena carriernya terlihat ringan sekali. 

 Saya mungkin terlalu berekspektasi tinggi-tinggi, hingga ketika melihat realita yang ada saya kecewa. Semoga Maryamah Karpov tidak difilmkan, saya mohon *)
maaf ya untuk semua kru film, next time jangan kecewakan penonton Indonesia
Sekian.


OssyFirstan
Penyuka Buku Edensor yang sedang kecewa dengan filmnya

You Might Also Like

6 komentar

  1. Begitulah, film tak selalu sebagus novelnya. Apalagi kalau adegan favorit kita dihilangkan.

    BalasHapus
  2. Kamu sudah nonton rahma?
    Iya,kabar burung menyatakan akan ada Edensor kedua, entahlah

    BalasHapus
  3. Belum. Aku lebih tertarik nonton Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tapi belum sempat.
    Memangnya film ini benar2 mengecewakan sekali?

    BalasHapus
  4. Sebagai sesama pembaca Edensor sayapun kecewa. Memang menurut pengamat film, film yang diadopsi dari novel akan menjadi produk baru, jadi jangan terlalu berharap sama. Tapi tetap saya kecewa karena improvisasinya terlalu jauh. Saya ingat, setelah tamat membaca Edensor berpikir, kalau novel ini difilmkan pasti akan memakan banyak biaya dan lebih sulit penggarapannya. Apa kata Mira Lesmana dan Riri Riza ya!

    BalasHapus
  5. Rastine : yah, kalau aku sih kecewa
    Andre :ternyata saya tidak kecewa sendiri.
    Dimas:iya,selain improvisasi jauh. Part penting / bagusnya nggak ada. Termasuk ke Edensornya.

    BalasHapus

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram