koma dan titik. Tentang hidup dan Tanda baca

Mei 02, 2015

Jangan memberi tanda titik jika Tuhan hanya membubuhkan tanda koma. Saya menemukan kalimat yang kurang lebih berbunyi seperti itu di sebuah buku. Lalu saya terdiam dan berpikir. 
Pertama, saya berpikir arti kalimat itu. Oh, mungkin itu berarti jangan menyerah. Jangan menyerah menghadapi cobaan sebab Tuhan hanya sedang menunjukkan rasa cintanya dengan hal yang berbeda.  Ujian adalah cara Tuhan menunjukkan perhatiannya. Ujian bisa lewat hal yang menyenangkan,bisa juga tidak. Katanya begitu. Jadi saya berkesimpulan bahwa kita tidak boleh menyerah dalam hidup ini. Bahwa kita sebaiknya tidak berpikiran hidup ini telah berakhir ketika sesuatu buruk menimpa, mungkin itu hanya koma. Ah, mudah sekali bicara.S
 Saya tidak puas dengan pikiran pertama. Saya mulai beranalogi, menghubungi-hubungkan koma dengan titik dalam bacaan. Apa fungsi koma? Sebagai jeda, sebagai pemisah, sebagai saat dimana kita harus mengubah suara kita atau sebagai saat dimana kita bisa mengambil napas sejenak. Dan fungsi titik? Tidak lain dan bukan sebagai tanda untuk mengakhiri, menutup, menghentikan. 

Maka saya berpikir bahwa hidup kita adalah sebuah kalimat.

Ya,  sebuah kalimat. Tidak peduli mau kalimat majemuk, kalimat bertingkat, kalimat aktif, pasif, terserahlah. Saya berpikir jika hidup adalah sebaris kalimat berita yang diakhiri dengan titik. Hidup mungkin penuh tanda tanya, namun hidup tidak diakhiri dengan tanya. Sebab saat hidup itulah waktu dimana jawaban datang, jika tak terjawab maka mungkin Dia tidak ingin menjawabnya. Hidup juga bukan tanda seru. Hidup ini memang berjalan atas penciptaan Tuhan, dia menyerukan manusia untuk mengurusi bumi dan ketika kita mati, tanda seru itu terhapus. Menyisakan sebuah titik.
Ya, titik. Titik adalah pemberhentian dan hidup tiap orang adalah sebaris kalimat. Koma adalah tanda dimana Tuhan menguji manusia, memintanya menghela atau menahan napas sejenak,memintanya berdiam sejenak dalam pusara masalah, berhenti sejenak dari kegembiraan mungkin. Tapi kita harus mengingat koma bukan titik. Koma tetaplah koma. Ada garis ke bawah sedikit yang jadi pertanda bahwa akan ada lanjutannya.Berada di koma mungkin tidak menyenangkan. Tidak, berada di koma (koma disini kita anggap situasi dengan masalah, carut marut dan kacau )  pasti tidak menyenangkan. Tapi bukan berarti kita harus merasa kita makhluk paling malang di dunia ini, bukan? Atau kita harus sedikit bahagia sebab setelah koma masih ada jalan lurus sebelum titik itu tiba. Sebab saya belum melihat  ada koma bersebelahan dengan titik selain typo.


Jangan menyerah sebelum semuanya berakhir
Jangan membunuh dirimu sendiri sebelum waktu yang ditetapkan Tuhan.
Jangan berhenti memperjuangkan apa yang layak dan ingin diperjuangkan
Jangan berhenti bermimpi dan membangunkannya sebelum tidur kita untuk selama-lamanya
Hidup adalah sebaris kalimat dengan beberapa koma, koma itu mungkin menyandung kita dan membuat terjatuh, namun selama kita masih bisa berdiri dan berjalan itu berarti Tuhan masih memberi kita jalan, menuju titik. Menuju akhir.


2 Mei 2015
Ossy Firstan

Tidak pernah ada maksud menggurui atau menjadi sok bijak. Mungkin terdengar egois, namun saya menulis untuk diri saya sendiri. Untuk terapi, untuk menanamkan hal baik di kepala yang gemar berspekulasi dan meracau ini. Bahwa Tuhan pasti memberi koma di saat yang tepat dengan kadar yang tepat. Agar saya tidak pernah berhenti sebelum titik itu datang.

You Might Also Like

2 komentar

  1. thanks for sharing, meskipun kamu nulis untuk dirimu sendiri,, :)

    BalasHapus

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram