Maafkan Saya. Lagi.

Desember 12, 2014

Pagi. Hujan membasahi besi pengaman balkon ketika saya menjemur selimut tadi pagi. Tidak, saya tidak akan membahas hujan dan matahari yang mulai merambat tinggi.
Nenek saya yang saya panggil Mbah baru saja pulang ketika saya menuliskan ini. Mungkin tak ada 10 menit ia ada di kamar saya. Dan seperti biasanya, saya hanyalah si batu yang menyesal kemudian.

Saya selalu kebingungan, ya, saya selalu bingung ketika ada keluarga yang mengunjungi saya. Saya bingung harus ngapain, berkata apa, ketika Mbah saya datang tadi. Hingga saya menyibukkan diri mengerjakan tugas saya. Saya bingung dan merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Bukan saya tidak sayang mereka, bukan saya tidak suka kehadirannya, tapi entah mengapa saya tidak suka didatangi, sebab saya jadi bingung. S
Saya bingung jika tante saya datang, saya merasa risih jika sepupu saya mulai beraksi di kamar saya, atau om saya datang mengantar air dan mengajak ngobrol. Jujur, saya tidak suka situasi ini. saya tahu ini salah. Saya seperti makhluk jahat kalau begini. Sebab kadang mereka datang dan waktunya tidak tepat, saya merasa terganggu, kadang waktu yang saya siapkan untuk tugas dan lain-lain menjadi terbuang.Tapi saya merasa tidak nyaman, saya berharap mereka cepat pulang, lalu ketika mereka pergi saya menyesal berlaku seperti itu. Saya menyesal mengapa saya malah menyibukkan diri ketika mereka meluangkan waktu untuk menjenguk saya. Bahkan saya tidak terlalu suka ide orangtua menengok anak. Saya hanya akan bingung nanti, saya akan pusing sendiri dan tidak nyaman. Maka saya lebih suka saya yang pulang, dan meminta tidak perlu menengok-nengok saya. Percayalah, saya menjaga kepercayaan mereka. Saya hidup dengan lurus semampu saya. 
Ada hal yang saya takutkan sebenarnya. Saya takut menjadi manusia yang semakin individualis. Saya takut saya tidak butuh siapa-siapa, saya takut saya makin tenggelam dalam kesendirian dan pola hidup seperti saat ini. Saya takut itu.

Saya harap kalian mengerti saya. Maafkan saya jika saya kadang tak acuh dengan kehadiran kalian. Sebab saya tidak tahu harus bagaimana. Kunjungilah saya sesekali, sesekali berarti teramat jarang. Sebab saya tidak suka didatangi.
Sekali lagi, maafkan saya.

You Might Also Like

0 komentar

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram