Berlari

Maret 16, 2015

Ada seorang lelaki yang berlari, ia mengejar jabatan tinggi, kencang-kencang ia lari, injak kotoran kuda tak peduli.
Ada lagi seorang perempuan. Buntal, bulat seperti labu. Lari terbirit-birit bersama lemak yang bergoyang. Obesitas mengejarnya, jantung koroner ikut serta.
Juga lelaki tampan dengan mata elang. Berlari mengitari barisan perempuan yang berjejer rapi berteriak minta dinikahi. Lelaki itu terus mengayuh kaki, sebab hatinya berteriak,"Lari lebih kencang, ia menunggu di ujung jalan,"
Gadis kurus tinggal tulang itu terseok-seok, sudah tak kuat lagi berlari. Mau ke ujung dunia pun malaikat itu mendekat perlahan. 
Perempuan semampai itu ikut-ikutan berlari. Bersama kepalsuan yang ia cipta. 'Sisi Asli' darinya mengejar, tapi ia terus berlari. Bersama kepalsuan ia bahagia, sayang bahagia itu semu maya imaji samar dan ilusinya saja.
Di ujung sana, seorang lelaki berlari. Bersama setumpuk kertas yang ia dekap erat. Kertas-kertas yang diberi nama skripsi itu menemaninya. Menuju garis finish bersama wisuda. Ada yang bilang tumpukan kertas itu makhluk yang jumawa, kadang mereka suka seenaknya pula. Maka sebuah kelulusan jangan kau pukul rata.
Dan di depanmu, ada gadis yang berlari riang. Gadis yang berlari dari masa lalu dan berdamai dengan segalanya. Yang berlari sesuka hati tanpa tujuan yang benar-benar pasti. Ia percaya akan tiba dimana ia menemukan ritme lari yang menyenangkan hati, ia percaya akan ada lelah dimana ia berhenti. Gadis itu yakin, Tuhan sedang menuntunnya. Tuhan baik dan akan selalu baik. Meski gadis dikejar rasa takut sebesar monster yang menyelinap di dalam dirinya. Tapi ia terus berlari. Gadis itu... aku.

You Might Also Like

0 komentar

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram