Jack Black #FotoBercerita

Maret 13, 2015

#FotoBercerita adalah salah satu cara saya belajar menulis, saya akan mengeluarkan apa yang saya pikirkan ketika melihat sebuah foto. Selamat menikmati! Saya terbuka untuk kritik dan saran :)

this photo from pinterest

Langkahku terhenti, tanganku bergerak menyalakan kamera dan memotret pemandangan menarik yang ada di depanku. Seorang anak laki-laki sedang bermain seruling, suara seruling itu sumbang namun seekor kucing kecil tetap duduk mendengarkannya.
Suara seruling itu terhenti begitu anak laki-laki kecil itu mengetahui aku berdiri memperhatikannya sejak tadi. Aku berjalan mendekat dan duduk di sampingnya.

"Hai, namaku Frankie," sapaku sambil tersenyum.
"Mereka memanggilku Jack dan ini kucingku Black. Aku tak tahu siapa orangtuaku jadi kuputuskan namaku Jack Black, " sahutnya sambil mengelus kucing kecil yang sekarang duduk di pangkuannya.Aku mengangguk.
"Aku juga sebatang kara. Aku tinggal di panti asuhan hingga SMA. Setelah itu aku keluar dan kuliah sambil bekerja."
"Aku tidak sebatang kara, aku punya Black," katanya.
"Ya, kau punya Black. Dia manis. Lalu siapa yang mengurusimu sampai sebesar ini?"
"Aku ditemukan oleh Bibi Pam, wanita tua yang berjualan roti di ujung jalan sana. Dia yang mengurusku hingga usiaku enam tahun. Tapi sebulan yang lalu ia meninggal. Toko rotinya di jual dan aku tak punya siapa-siapa selain Black," terang Jack. Matanya memandang langit, dan tangannya terus mengelus Black. Aku membeku, teringat diriku dahulu. Tapi bukankah aku lebih beruntung? Tinggal di panti asuhan, diberi makan tiap hari, mendapatkan sekolah yang layak, dan cinta dari setiap penghuni, termasuk Bibi Jemima dan Paman Robert.

"Kau... kau mau tinggal denganku?"
"Maksudmu? Kau ingin aku tinggal bersamamu?"
"Benar. Menjadi adik angkatku. Aku tinggal sendiri di flatku. Kamu bisa bersekolah di sekolah yang dekat dengan apartemenku. "
"Aku tidak mau," jawabnya sambil menggeleng.
"Mengapa?"
"Aku ingin bersama Black," ia menunjuk kearah kucing yang tertidur di pangkuannya.
"Kau bisa membawa Black. Kita bisa membelikan makanan dan mainan khusus Black kalau kau mau," ujarku. Mata Jack membulat, secercah senyum tersungging.
"Kalau begitu aku mau! Mari ke toko arloji di sudut situ. Aku meletakkan koper baju dan mainan dari Bibi Pam disana," Jack menarikku. Lalu kami berjalan beriringan. Aku harap keputusan impulsifku kali ini tidak membuahkan masalah. Aku hanya ingin setiap anak mendapatkan kasih sayang dan perhatian, sebuah tindakan yang membuat mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia baik.
"Mulai hari ini aku akan memanggilku Kak Frankie," cerocos Jack sambil menggenggam tanganku erat.


ossyfirstan

You Might Also Like

0 komentar

Jangan ragu untuk berkomentar, kawan!

Popular Posts

My Instagram